Hubungan antara Kurang Tidur dan Mimpi
Tidak semua orang yang disurvei mengalami tingkat perubahan mimpi yang sama.
Para peneliti menemukan orang yang mengalami kesulitan tidur dengan insomnia lebih mungkin melaporkan perubahan mimpi daripada individu yang terus tidur nyenyak selama pandemi.
Secara khusus, orang yang mengalami insomnia selama pandemi memiliki proporsi perubahan mimpi tertinggi (55%), dibandingkan dengan mereka yang memiliki insomnia sebelumnya (yaitu, mereka sudah menderita insomnia sebelum pandemi, 45%), atau mereka yang adalah tidur yang baik (36%).
Baca Juga: Pengaruhi Kualitas Tidur, Ini 3 Jenis Mimpi Buruk yang Perlu Diketahui
Tetapi apakah orang yang tidur baik dan buruk memiliki jenis mimpi yang berbeda?
Para peneliti menggunakan analisis Linguistic Inquiry Word Count untuk membandingkan bahasa yang digunakan oleh partisipan untuk menggambarkan mimpi mereka.
Peserta dengan insomnia menggunakan kata-kata negatif secara signifikan lebih untuk menggambarkan perubahan mimpi mereka daripada orang-orang yang tidur nyenyak.
Selain itu, peserta yang mengalami insomnia untuk pertama kalinya selama pandemi menggunakan kata-kata yang lebih cemas dan berhubungan dengan kematian daripada orang yang tidur nyenyak.
“Secara keseluruhan, penderita insomnia, ketika akhirnya tertidur, memiliki mimpi yang lebih negatif dan menakutkan daripada orang yang tidur nyenyak,” jelas Meaklim.
Mengapa pandemi menyebabkan perubahan dalam aktivitas mimpi?
Pada saat stres, adalah normal untuk mengalami peningkatan aktivitas mimpi.
“Peningkatan dalam mimpi yang jelas dan mimpi buruk telah diamati setelah perang, bencana alam, dan serangan teroris seperti 9/11 ,” terang Dr. Jackson.
Teori mimpi simulasi ancaman menyatakan bahwa selama peristiwa yang membuat stres, mimpi kita mengandung konten dan citra yang mengancam untuk mempersiapkan kita menghadapi situasi yang mengancam kehidupan nyata.
Baca Juga: 3 Makna Mimpi Bertemu Mantan Pacar, Salah Satunya Masih Ada Perasaan