"Setelah dipahami, cari relevansi industrinya karena akan memudahkan dalam mencari potensi cuan, misalnya di sektor energi, utamanya batu bara dan minyak. Kenapa pilih emiten dari sektor energi? Karena itu komoditas mahal saat ini, sehingga potensi cuan lebih besar," imbuhnya.
3. Jangan Ragu Keluarkan Jumlah Besar
Setelah memiliki gambaran perusahaan, Kawan Puan bisa berinvestasi.
Dalam hal ini, tak usah takut untuk berinvestasi dengan jumlah besar.
Hal itu dilakukan agar peluang cuan lebih banyak.
Pilih perusahaan kecil atau yang baru IPO.
"Pilih (saham) yang kecil-kecil saja. Selain harganya murah, potensi cuannya lebih banyak kalau perusahaannya membesar," sebut pria berkacamata tersebut.
4. Gunakan Bandarmology
Kawan Puan juga bisa menggunakan strategi bandarmology.
Baca Juga: Amerika Serikat Disebut Terancam Alami Resesi Ekonomi, Apa Itu?
Bandarmology sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana orang-orang menggunakan pergerakan bandar saham guna mengetahui pergerakan harga saham dalam waktu dekat.
Timothy pun mengatakan bahwa strategi bandarmology dipakai untuk saham GoTo.
"Dulu harga saham GoTo sempat anjlok ke angka Rp 200 per lembar saham, strategi bandarmology masih bisa mengerek harganya ke nilai yang stabil, sekitar 380 per lembar saham. Itu pakai bandarmology," ungkapnya.
5. Batasi Dana yang Dialokasikan
Timothy menyarankan bahwa takaran investasi di pasar modal hanya 20-30 persen dari total kekayaan yang kita punya.
Hal ini mengingat kondisi resesi yang tidak pasti.
Karenanya, penting untuk menerapkan batas pada nilai investasi.
"Selama konflik Rusia dan Ukraina belum mereda, kemungkinan besar inflasi belum bisa terkendali. Jadi, kalau saya sarankan sih 20-30 persen saja," sebut Timothy.
Asalkan berada pada jalur yang tepat, investasi di masa resesi pun masih bisa menghasilkan cuan, Kawan Puan.