Parapuan.co - Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan kenaikan harga mi instan.
Bahkan kenaikan harga mi instan ini memunculkan berbagai kritik dari masyarakat.
Banyak pula masyarakat yang menyayangkan wacana kenaikan harga mi instan ini.
Kabarnya, pemerintah akan menaikkan harga mi instan hingga tiga kali lipat.
Ternyata, kenaikan harga mi instan ini adalah imbas dari perang antara Rusia dan Ukraina.
Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian juga mengungkapkan hal serupa.
"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum ngga bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat," ucap Syahrul Yasin Limpo seperti dilansir dari Kompas.tv.
Dirinya juga mengaku bahwa Indonesia selalu mengimpor gandum.
"Saya bicara ekstrem aja, ada gandum tapi harganya mahal banget. Sementara kita impor terus," tambahnya.
Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Kini Meroket, YLKI Beri Catatan Ini untuk Pemerintah
Sebagai informasi, gandum merupakan bahan dasar dari pembuatan mi instan.
Untuk mendapatkan gandum tersebut, Indonesia harus mengimpor dari negara lain.
Indonesia sendiri merupakan negara yang warganya banyak mengonsumsi mi instan.
Bahkan ada berbagai macam produsen mi instan yang ada di Indonesia.
Ekspor gandum Rusia-Ukraina yang biasanya memasok hingga 40 persen kebutuhan dunia ini akhirnya mengalami kemacetan.
Tak lain tak bukan karena disebabkan adanya perang antara Rusia-Ukraina.
Sementara ketika pasokan gandum berkurang namun permintaan tetap meningkat, sangat memungkinkan jika harga gandum akan naik.
Nah Kawan Puan, itu tadi penjelasan terkait kenaikan harga mi instan yang bisa mencapai 3 kali lipat.
Terkait hal ini, apakah kamu setuju dengan kenaikan harga mi instan?
Baca Juga: Kemenhub Naikkan Tarif Ojek Online, Berikut Besaran Kenaikannya
(*)