Tak Cukup Nilai Bagus, Ini Hal yang Dipertimbangkan dalam Seleksi Universitas Terbaik di Dunia

Ardela Nabila - Rabu, 10 Agustus 2022
Konferensi pers Crimson Education, Rabu (10/8/2022).
Konferensi pers Crimson Education, Rabu (10/8/2022). Dok. Crimson Education

Parapuan.co - Dapat menempuh pendidikan di universitas terbaik di dunia, seperti Ivy League dan universitas kelas dunia lainnya, seperti Stanford, MIT, dan UC Berkeley merupakan mimpi banyak orang.

Untuk bisa tembus universitas-universitas tersebut, tentunya tidaklah mudah, terlebih seiring dengan meningkatnya minat calon mahasiswa untuk mendaftar.

Di sisi lain, universitas unggulan dunia yang menerima puluhan ribu aplikasi setiap tahunnya hanya menerima mahasiswa dengan jumlah terbatas.

Dalam lingkungan kompetitif ini, Kawan Puan yang ingin melanjutkan studi di universitas terbaik dunia tentu harus mempersiapkan diri dengan matang.

Prestasi akademis saja ternyata tidak cukup untuk mendapatkan pengakuan dan membuatmu diterima di universitas unggulan dunia, lo.

Bahkan, salah satu universitas terbaik dunia, Stanford, menolak 69 persen calon mahasiswa dengan skor SAT sempurna dalam lima tahun terakhir.

“Berbeda halnya jika ingin memasuki universitas sekelas Ivy League di Amerika Serikat (AS), cemerlang secara akademis saja tidaklah memadai,” ujar mantan Associate Director of Admissions di Stanford University, Daniel Chung, dalam konferensi pers Crimson Education, Rabu (10/8/2022).

Daniel menjelaskan untuk menyeleksi puluhan ribu aplikasi, pihak universitas akan menilai calon mahasiswa secara holistik dengan melihat kegiatan yang dilakukannya di luar ruang kelas.

Universitas unggulan umumnya ingin melihat mahasiswa yang dapat membawa pengaruh positif bagi budaya kampus dan menambah kekayaan sejarah alumninya.

Baca Juga: Tingkatkan Kompetensi Diri, Catat 5 Strategi Taklukkan Beasiswa Luar Negeri 

Dengan begitu, skor SAT tak lagi semata-mata menjadi tolok ukur, namun juga kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman kepemimpinan.

“Siswa yang tidak mencantumkan aktivitas ekstrakurikuler dan pengalaman kepemimpinan dalam aplikasinya akan sulit dipertimbangkan masuk ke universitas AS manapun, apalagi Ivy League,” lanjut Daniel.

Lewat ekstrakulikuler, dapat terlihat bagaimana siswa mampu mempertahankan minatnya secara konsisten.

Senada dengan Daniel, Country Manager Crimson Education Indonesia, Vanya Sunanto, menekankan bahwa siswa setidaknya harus memiliki satu kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

“Kegiatan tersebut juga perlu menjadi fokus sejak dini, karena konsistensi adalah kunci untuk membangun profil ekstrakulikuler yang kuat dan secara simultan mencerminkan karakter kepemimpinan siswa,” pungkasnya dalam kesempatan yang sama.

Namun di samping itu, selain ekstrakulikuler, siswa juga bisa mengisi kalender mereka dengan berbagai kegiatan lainnya.

Untuk membuat pihak universitas terkesan, triknya adalah untuk menemukan minat yang menampilkan keragaman dan juga menunjukkan kecondongan.

Kecondongan ini menjadi penting untuk menunjukkan kamu tak hanya aktif di beberapa bidang berbeda, tetapi juga berprestasi dalam suatu bidang tertentu.

Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkontribusi dan membuat perbedaan di luar ranah akademis, misalnya mengikuti kegiatan olahraga, filantropi, kewirausahaan, atau kompetisi.

Baca Juga: Tanpa Batas Usia, 5 Beasiswa S2-S3 Ini Tawarkan Biaya Kuliah dan Biaya Hidup Gratis

Idealnya, kegiatan tersebut dapat menunjukkan komitmen siswa pada bidang studi yang diminati dan mampu membawa manfaat atau kontribusi bagi lingkungan sekitarnya.

Jadi, apabila Kawan Puan tertarik untuk berkuliah di universitas terbaik di luar negeri, kuncinya adalah mempersempit kegiatan dengan fokus sebagai berikut:

- Selaras dengan tujuan pribadi,

- Bisa menunjukkan antusiasme siswa pada kegiatan tersebut,

- Menjelajahi kemampuan berpikir untuk membawa aktivitasnya pada tingkat lanjutan,

- Menjadi bukti keinginan siswa untuk bisa membawa manfaat atau kontribusi bagi lingkungan sekitarnya.

Vanya kemudian menambahkan bahwa calon mahasiswa juga harus memiliki kemampuan analisis, berpikir kritis, dan kreativitas tinggi.

Pasalnya, semua kemampuan tersebut bisa membantu mahasiswa selama menjalani masa perkuliahan nantinya.

Baca Juga: Korea hingga Jerman, 7 Negara Ini Sediakan Beasiswa serta Pelatihan Bahasa Gratis

“Dengan cara ini, siswa berkesempatan untuk menonjolkan diri dan menunjukkan kepada pihak universitas bahwa mereka memiliki segala kualitas yang pihak universitas cari dalam diri mahasiswa tingkat sarjananya,” tambah Vanya.

Terakhir, Vanya melanjutkan, pendekatan dengan fokus pada kemampuan tersebut terbukti berhasil lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang hanya sekadar cemerlang secara akademis.

“Bagi mereka yang bercita-cita untuk belajar di universitas kelas dunia, salah satu langkah awalnya adalah perlu mematangkan portofolio ekstrakurikuler yang baik dan mampu menunjukan kualitas kepemimpinan,” tutupnya. (*)

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Wamen PPPA Veronica Tan: Mendidik Guru Berarti Membangun Generasi yang Lebih Baik