UGM juga membentuk konselor-konselor teman sebaya yang bisa menyuarakan dan mengedukasi mahasiswa secara lebih intens terkait kekerasan seksual di kampus.
"Kita membuat semacam konselor-konselor teman sebaya yang kita rekrut dari semua fakultas, ini dilatih untuk supaya dia bergulir untuk dapat menyuarakan dan mengedukasi tapi secara lebih intens, mungkin kalau ada temennya yang mungkin kurang tau, nah, ini dia memberikan konseling," jelas Ova.
Ova menegaskan pentingnya tim satgas khusus yang bakal membantu pencegahan maupun penanganan kasus kekerasan seksual di kampus.
Tim satgas di UGM ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari psikolog, hukum, hingga dokter, dengan dibekali SOP untuk menjalankan tugasnya ketika ada kasus kekerasan seksual.
"Jadi tim satgas ini sudah mempunyai SOP untuk misalnya ada kejadian apa yang dilakukan maka perlu membuat suatu tim independen untuk mengeksplor dan seterusnya," terangnya.
Tak kalah penting, Ova menuturkan bahwa saat ini UGM telah menyediakan button crisis center di dalam website UGM untuk bisa diakses oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
"Kita membuat semacam button untuk crisis center di dalam website UGM yang dapat dijangkau oleh siapa pun kapan pun dan di mana pun. Itu upaya-upayanya," ucap Ova.
Tak dapat dimungkiri bahwa kasus kekerasan seksual di lingkup pendidikan, salah satunya kampus, masih kerap terjadi.
Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan 2022 mencatatkan bahwa kasus yang diadukan ke pihaknya salah satunya adalah di kampus.
Baca Juga: Ini Kata Nadiem Makarim tentang Pentingnya Melawan Kekerasan Seksual di Kampus