Tanpa Disadari, Ini 6 Tanda Kamu Berperilaku Quiet Quitting di Kantor

Aulia Firafiroh - Minggu, 4 September 2022
Tanda Quiet Quitting
Tanda Quiet Quitting Marta Shershen

Parapuan.co- Fenomena quiet quitting saat ini banyak dialami oleh para pekerja profesional muda sebagai bentuk perlawanan hustle culture.

Kondisi ini menggambarkan perilaku para pekerja profesional muda yang hanya bekerja sesuai deskripsi pekerjaan.

Tidak ada waktu untuk lembur, tidak ada dedikasi untuk perusahaan, tidak bekerja ekstra, dan tidak melakukan pekerjaan di luar jam kerja.

Sikap ini merupakan bentuk batasan untuk memisahkan mana kehidupan pribadi dan profesional atau yang dikenal dengan istilah work life balance.

Tanpa sadar, sebagian besar dari Kawan Puan, pasti pernah melakukan sikap queit quitting.

Hal itu juga disampaikan oleh Paula Allen selaku Pemimpin Global dan Wakil Presiden Senior Riset Kesejahteraan Total di Lifeworks tentang tanda-tanda Kawan Puan pernah melakukan quiet quitting.

Menurut Kompas.com, berikut beberapa tanda yang menggambarkan bahwa kamu sebenarnya berperilaku quiet quitting:

1) Menolak untuk melakukan pekerjaan atau membalas email kantor di luar jam kerja;

2) Pulang kerja selalu tepat waktu;

Baca juga: Quiet Quitting, Fenomena Bekerja Secukupnya Sebagai Bentuk Perlawanan Hustle Culture

3) Tidak terlalu berambisi berlebihan pada pencapaian kerja di kantor;

4) Menolak secara tegas untuk melakukan pekerjaan di luar deskripsi pekerjaan;

5) Kurang tertarik dengan tawaran promosi jabatan di kantor;

6) Tidak terlalu banyak ingin terlibat kedekatan emosional dengan pekerjaan dan rekan kerja di kantor.

Pendapat Ahli Soal Fenomena Quiet Quitting

Sebenarnya quiet quitting juga bukanlah fenomena yang baru terjadi di dunia kerja.

Sikap quiet quitting sudah lama diterapkan oleh para pekerja, namun baru populer saat ini lewat TikTok, Instagram, dan berbagai media sosial lainnya.

Anthony Klotz, profesor di School of Management University of College London, mengatakan pendapatnya soal fenomena ini.

“Meskipun ini berasal dari generasi yang lebih muda dan dalam kemasan baru, tren ini telah dipelajari dengan nama yang berbeda selama beberapa dekade: pelepasan, pengabaian, penarikan," ujar Anthony Klotz dikutip dari Kompas.com pada Minggu (4/9/2022).

Baca juga: Arisan Parapuan Episode 13: Ini Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasi Hustle Culture bagi Karyawan

Menurutnya, sikap ini sudah dilakukan banyak orang sejak dulu yang tidak memiliki pilihan selain bertahan di pekerjaan mereka.

"Mereka mungkin memiliki keterampilan yang tidak dapat dialihkan, fleksibilitas dan manfaat yang tidak dapat mereka peroleh di tempat lain atau tinggal di komunitas kecil dengan kelangkaan peluang lain,” tambahnya.

Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab para pekerja akhirnya melakukan sikap quiet quitting.

Mereka melakukan sikap tersebut karena tidak ingin memprioritaskan karier yang begitu-begitu saja hingga mengorbankan kesehatan fisik dan mental.

"Jadi, quiet quitting tidak hanya dialami generasi yang lebih muda – siapa pun yang pernah merasa terjebak dalam pekerjaan tetapi memiliki sedikit alasan untuk mengundurkan diri," papar Anthony Klotz.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Maria Kordowicz, PhD, profesor pengamat perilaku organisasi di University of Nottingham soal dampak quiet quitting bagi kesehatan mental.

“Berhenti diam-diam adalah tentang upaya sadar untuk menegakkan kesejahteraan kita dalam cara kita bekerja," ujar Maria Kordowicz.

Perilaku ini juga bentuk sikap sadar akan kesejahteraan diri di dunia kerja dan lebih berani dalam  membuat batasan personal.

"Daripada mengambil risiko kelelahan melalui jam kerja yang panjang atau mendefinisikan diri kita sendiri hanya melalui pekerjaan kita,” tambahnya.

Demikian tadi beberapa hal mengenai tanda-tanda jika kamu menerapkan perilaku quiet quitting.

Apakah Kawan Puan juga melakukan perilaku ini di kantor? (*)

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Simak, Strategi Menyusun Ulang Prioritas Kerja Setelah Libur Lebaran