Saat karantina, Nabilah diajak terjun langsung bertemu masyarakat, belajar kebudayaan Betawi, dan mengunjungi pemerintah setempat.
"Hal yang paling mengesankan itu ternyata kebudayaan Jakarta luas banget, aku bertemu dengan orang-orang berlatar belakang berbeda," imbuhnya.
Selain itu, Nabilah mengaku dirinya mengalami kesulitan saat latihan menari karena merasa tubuhnya terlalu kaku.
"Aku belajar menari Nandak (Nandak Ganjen), tariannya berpasangan sebelum malam final. Badanku seperti robot dan kaku, tapi aku mau belajar menari agar bisa keluar dari zona nyamanku," jelasnya.
Tantangan Jadi Abang None
Saat mengikuti Abang None, Nabilah mengaku tertantang untuk membagi waktu antara karantina, kuliah, dan bekerja.
"Karena aku masih ada kuliah dan bekerja sebagai karyawan, paling sulit bagi waktu karena aktivitasnya harus dari pagi sampai malam," katanya.
Meski begitu, Nabilah bersyukur karena pihak panitia memperbolehkannya beraktivitas di luar kegiatan Abang None.
"Jadi pas akhir pekan aku karantina, pekerjaanku jadi work from home (WFH). Pihak panitia mengizinkan itu, jadi harus pintar bagi waktu" imbuhnya.
Nah, itulah cerita keikutsertaan Nabilah dalam Abang None Jakarta ya, Kawan Puan.
Apakah kamu tertarik untuk mengikuti jejak Nabilah?
Baca Juga: Kisah Syifa Nur Aini, Mitra Ojek Online yang Sukses Jadi IT Manager