Melalui ARTISM, para seniman ini dapat bersosialisasi secara virtual dengan audiens mereka.
Tak hanya merangkul neurodiversity, pameran ini juga memberikan seniman autistik sebuah platform segar untuk belajar, beraksi dalam ekspresi dan berkembang di masyarakat.
Managing Director dari Kreaby, Arani Aslama berharap ARTISM membuaka perspektif yang mendorong publik untuk menerima dan merangkul keunikan dari setiap individu.
Pihaknya juga mengungkapkan bahwa seni yang ditampilkan merupakan refleksi dari visi para artis.
“Melalui seni, perspektif baru akan terbuka. Seni mengurai kata-kata yang tak terucapkan, merefleksikan visi dari pemikiran rasa jiwa. Bagi para seniman autistik (di Kreaby), seni adalah bagian dari proses perjalanan panjang untuk berjuang melawan batasan-batasan. Kegigihan dalam meraih impian,” ucapnya dalam keterangan pers tertulis.
Partnership & Commercial Lead dari Sun Eater, Natasha Udu, menyambut antusias kolaborasi ini.
Pihaknya mempercayakan lagu-lagu para artis Sun Eater untuk diinterpretasikan dari sudut pandang para seniman Kreaby dan memungkinkan untuk tersampaikan pada audiens yang lebih luas.
Baca Juga: Sinta Tantra, Pelukis Perempuan Asal Bali yang Gelar Pameran Tunggal
“Saat kami mempercayakan lagu-lagu kami untuk diinterpretasikan dari sudut pandang teman-teman Kreaby, kami yakin bahwa karya ini akan menjadi suatu karya yang spesial. Terlebih lagi didukung dengan medium dari pameran ARTISM yang tepat guna dalam mengakomodir lagu dan karya visual ini, yaitu Spotify Canvas," katanya
Ia berharap kedepannya akan hadir peluang dan kesempatan yang setara bagi para pelaku seni, terutama seniman spektrum dan komunitas neurodivergent untuk memamerkan karyanya.
Karya-karya yang dipamerkan beserta puisi singkat dari tiap seniman bisa dinikmati di Spotify playlist berjudul “ARTISM Exhibition atau dengan klik link berikut ini.
(*)