Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
mengatakan, dengan infeksi Omicron yang dominan secara global, penting untuk memahami bagaimana vaksin yang paling banyak digunakan melindungi orang dari varian Covid-19 yang paling menular.
"Analisis ahli ini memberitahu kita bahwa cara paling efektif untuk terus menyelamatkan nyawa dari dampak terparah akibat Omicron adalah perluasan cakupan booster,” jelasnya.
Sebanyak 22 ahli penyakit menular internasional independen dari Asia dan Amerika Latin yang terlibat dalam studi ini menyimpulkan bahwa strategi peningkatan booster berkelanjutan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi setahun sekali untuk populasi umum, dan setiap enam bulan untuk kelompok rentan, seperti mereka yang hidup dengan penyakit kronis.
Profesor Guy Thwaites, Direktur Oxford Clinical Research Unit di Vietnam dan salah satu penulis studi tersebut mengatakan data dosis booster sangat penting untuk
menginformasikan strategi vaksinasi yang sedang berlangsung pada saat peralihan dari pandemi ke endemik, baik itu vaksin tahunan bagi kebanyakan orang, atau setiap enam bulan bagi mereka yang dianggap lebih rentan.
"Tinjauan data oleh pakar ini dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat bahwa vaksin Covid-19 berbasis viral vektor dan mRNA mampu memberikan perlindungan terhadap keparahan akibat penyakit ini dalam usaha melawan
Omicron yang saat ini masih berlangsung, terutama karena perlindungan itu hanya menunjukkan sedikit tanda berkurang efikasinya, bahkan setelah 3 periode bulan,” terang Prof. Guy Thwaites, Kamis (8/9/2022) dalam acara Roundtable Data Kunci Tentang Efektivitas Vaksin Booster Terhadap COVID-19.
Ulasan yang diterbitkan pada Research Square https://www.researchsquare.com/article/rs2015733/v1., menganalisis 99 studi lapangan secara global yang diselenggarakan di ViewHub, sebuah platform interaktif yang memvisualisasikan data global tentang penggunaan
dan dampak vaksin, yang dikembangkan oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan the International Vaccine Access Center.
Data terbaru juga menunjukan bahwa vaksin lain yang digunakan sebagai booster bekerja sama baiknya melawan Omicron tetapi tampaknya sedikit kurang efektif dibandingkan vaksin AZD1222 dan vaksin mRNA Covid-19.
Vaksin AZD1222 adalah vaksin ‘viral vector’, yang berarti versi dari virus yang tidak dapat menyebabkan penyakit digunakan sebagai bagian dari vaksin, sehingga jika tubuh terkena virus yang sebenarnya, nantinya ia dapat melawannya.
Baca Juga: Tips Solo Traveling yang Bagi yang Baru Pertama Kali ke Filipina