Parapuan.co - Pandemi Covid-19 masih harus terus diwaspadai.
Meski sudah nampak kembali seperti normal, namun nyatanya virus corona ini masih mengintai.
Bahkan beberapa waktu lalu, kasusnya sempat kembali naik.
Inilah yang membuat kita harus tetap waspada dan tidak lengah.
Salah satunya adalah dengan melakukan vaksinasi Covid-19. Kini bahkan sudah mulai diberikan vaksin booster kedua untuk masyarakat, dimulai dari para tenaga kesehatan.
Booster dengan vaksin Covid-19 AstraZeneca (AZD1222) dan vaksin Covid-19 ‘mRNA’ memberikan perlindungan yang setara terhadap dampak parah akibat Omicron, termasuk rawat inap dan kematian, bahkan ketika subvarian baru virus muncul, menurut tinjauan ahli lebih dari 50 studi dunia nyata.
Publikasi terbaru menunjukkan bahwa tiga dosis apapun, termasuk vaksin AZD1222, sangat efektif dalam melindungi dari dampak terparah akibat dari Omicron (84,8%-89,2%*).
Termasuk tiga dosis dari vaksin mRNA juga menunjukkan efektivitas yang setara.
Dari telaah para penulis disimpulkan bahwa pemberian dosis keempat (booster kedua) dapat meningkatkan perlindungan tambahan yang signifikan, di mana studi dunia nyata terbaru dari Asia menunjukkan tidak adanya kasus parah akibat Omicron pada orang yang divaksinasi dosis keempat dengan vaksin AZD1222 atau mRNA.
Baca Juga: BPOM Izinkan Penggunaan Vaksin Booster Pfizer untuk Anak Usia 16 – 18 Tahun
Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
mengatakan, dengan infeksi Omicron yang dominan secara global, penting untuk memahami bagaimana vaksin yang paling banyak digunakan melindungi orang dari varian Covid-19 yang paling menular.
"Analisis ahli ini memberitahu kita bahwa cara paling efektif untuk terus menyelamatkan nyawa dari dampak terparah akibat Omicron adalah perluasan cakupan booster,” jelasnya.
Sebanyak 22 ahli penyakit menular internasional independen dari Asia dan Amerika Latin yang terlibat dalam studi ini menyimpulkan bahwa strategi peningkatan booster berkelanjutan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi setahun sekali untuk populasi umum, dan setiap enam bulan untuk kelompok rentan, seperti mereka yang hidup dengan penyakit kronis.
Profesor Guy Thwaites, Direktur Oxford Clinical Research Unit di Vietnam dan salah satu penulis studi tersebut mengatakan data dosis booster sangat penting untuk
menginformasikan strategi vaksinasi yang sedang berlangsung pada saat peralihan dari pandemi ke endemik, baik itu vaksin tahunan bagi kebanyakan orang, atau setiap enam bulan bagi mereka yang dianggap lebih rentan.
"Tinjauan data oleh pakar ini dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat bahwa vaksin Covid-19 berbasis viral vektor dan mRNA mampu memberikan perlindungan terhadap keparahan akibat penyakit ini dalam usaha melawan
Omicron yang saat ini masih berlangsung, terutama karena perlindungan itu hanya menunjukkan sedikit tanda berkurang efikasinya, bahkan setelah 3 periode bulan,” terang Prof. Guy Thwaites, Kamis (8/9/2022) dalam acara Roundtable Data Kunci Tentang Efektivitas Vaksin Booster Terhadap COVID-19.
Ulasan yang diterbitkan pada Research Square https://www.researchsquare.com/article/rs2015733/v1., menganalisis 99 studi lapangan secara global yang diselenggarakan di ViewHub, sebuah platform interaktif yang memvisualisasikan data global tentang penggunaan
dan dampak vaksin, yang dikembangkan oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan the International Vaccine Access Center.
Data terbaru juga menunjukan bahwa vaksin lain yang digunakan sebagai booster bekerja sama baiknya melawan Omicron tetapi tampaknya sedikit kurang efektif dibandingkan vaksin AZD1222 dan vaksin mRNA Covid-19.
Vaksin AZD1222 adalah vaksin ‘viral vector’, yang berarti versi dari virus yang tidak dapat menyebabkan penyakit digunakan sebagai bagian dari vaksin, sehingga jika tubuh terkena virus yang sebenarnya, nantinya ia dapat melawannya.
Baca Juga: Tips Solo Traveling yang Bagi yang Baru Pertama Kali ke Filipina
Teknologi vaksin ini telah digunakan oleh para ilmuwan selama 40 tahun terakhir untuk melawan penyakit menular lainnya seperti flu, Zika, Ebola, dan HIV.
AZD1222 dan mitra globalnya telah mendistribusikan lebih dari tiga miliar dosis vaksin ke lebih dari 180 negara, dan sekitar dua pertiga dari dosis ini telah dikirimkan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Vaksin ini diperkirakan telah membantu menyelamatkan lebih dari enam juta nyawa selama 12 bulan pertama penggunaan sejak Desember 2020, menurut data dari perusahaan analisis kesehatan terkemuka Airfinity.
AZD1222
AZD1222 ditemukan oleh Universitas Oxford. Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang bereplikasi secara tidak sempurna berdasarkan versi virus flu biasa (adenovirus) yang dilemahkan yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik
protein spike virus SARS-CoV-2.
Setelah vaksinasi, protein spike permukaan diproduksi,
memicu sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika menginfeksi tubuh.
Vaksin telah diberikan izin edar bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 125 negara.
Vaksin ini juga memiliki Emergency Use Listing dari WHO, yang mempercepat jalur akses di hingga 144 negara melalui Fasilitas COVAX.
Di bawah perjanjian sub-lisensi dengan AstraZeneca, vaksin diproduksi dan dipasok oleh the Serum Institute of India dengan nama COVISHIELD.
Baca Juga: Sasar Tenaga Kesehatan, Ini Aturan Pemberian Vaksin Booster Kedua dari Kemenkes
AstraZeneca
AstraZeneca (LSE/STO/Nasdaq: AZN) adalah perusahaan biofarmasi global yang berbasis sains dan berfokus pada penemuan, pengembangan, dan komersialisasi obat dengan resep, terutama untuk pengobatan penyakit Onkologi dan Biofarmasi, termasuk diantaranya Kardiovaskular, Ginjal dan Metabolisme, serta Pernapasan dan Imunologi.
Berbasis di Cambridge, Inggris, AstraZeneca beroperasi di lebih dari 100 negara dan obat-obatan inovatifnya telah digunakan oleh jutaan pasien di seluruh dunia.
Silakan kunjungi situs resmi astrazeneca.com dan ikuti juga AstraZeneca di Twitter @AstraZeneca.
*Kisaran dalam tanda kurung menunjukkan bahwa orang yang menerima tiga dosis vaksin Covid-19 (termasuk AZD1222) memiliki kemungkinan 84,8% hingga 89,2% lebih kecil untuk jatuh sakit parah atau meninggal karena virus, dibandingkan dengan populasi yang tidak divaksinasi.
Itu berarti untuk setiap 100 insiden penyakit parah atau kematian yang tidak divaksinasi, ada kurang dari 16 kasus di antara orang-orang yang sepenuhnya divaksinasi dan dikuatkan terhadap Covid-19.
(*)