Parapuan.co - The Great Resignation atau pengunduran diri besar-besaran merupakan fenomena yang sempat menjadi sorotan pasca pandemi Covid-19.
Fenomena ini tak hanya terjadi di benua besar seperti Amerika, namun juga di Asia Tenggara tak terkecuali Indonesia.
Kendati demikian, survei bertajuk The Great Resignation Reality Check yang diluncurkan oleh Robert Walters, perusahaan konsultan spesialis rekrutmen, mengungkapkan bahwa fenomena ini tidak terlalu masif terjadi di Asia Tenggara.
Survei tersebut dilakukan terhadap 2.600 lebih tenaga kerja profesional dari 1.100 lebih perusahaan di enam negara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Indonesia, dan Vietnam.
Menurut laporannya, para tenaga kerja profesional terbukti dapat lebih menghargai stabilitas pekerjaan, khususnya di era yang penuh ketidakpastian.
Ada lebih dari setengah tenaga kerja profesional (59 persen) yang mengaku tidak nyaman berhenti tanpa memperoleh pekerjaan baru, dan 81 persen dari mereka berpikir untuk mengundurkan diri juga bersedia berubah pikiran apabila kondisinya memungkinkan.
Di sisi lain, sebanyak 40 persen tenaga kerja profesional di kawasan Asia Tenggara mengaku tidak menyadari adanya perubahan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melibatkan dan mengatasi kekhawatiran akan situasi yang terjadi.
Di Indonesia sendiri, sebanyak 77 persen tenaga kerja profesional mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, sedangkan 45 persen lainnya belum ingin melakukannya.
Alasannya, belum adanya pekerjaan yang cocok (56 persen), kurangnya peluang pekerjaan di bidang yang mereka tekuni (23 persen), dan kekhawatiran akan keamanan status pekerjaan di perusahaan baru (21 persen).
Baca Juga: Berencana untuk Ganti Pekerjaan? Pertimbangkan Dulu 7 Faktor Penting Ini
Bagi para pekerja profesional ini, rekan dan budaya kerja yang suportif merupakan indikator terpenting (45 persen).Hal tersebut disusul kompensasi dan tunjangan (44 persen), serta peraturan kerja yang fleksibel (34 persen).
Sebanyak 80 persen karyawan yang mempertimbangkan untuk mengundurkan diri mengaku terbuka untuk berubah pikiran apabila kondisinya memang tepat.
Gaji menjadi faktor yang vital dalam mengubah keputusan, dengan rincian kenaikan gaji (37 persen), perubahan tanggung jawab pekerjaan (25 persen), dan promosi (23 persen).
Tren ini tak hanya memengaruhi tenaga kerja, namun juga perusahaan yang mengalami kesulitan mempekerjakan talenta baru sejak tahun 2021, termasuk sebanyak 65 persen perusahaan di Indonesia.
Bahkan, 59 persen perusahaan di Indonesia mengaku telah mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan karyawannya.
Yang perlu diketahui perusahaan adalah terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi karyawan untuk bertahan di perusahaan, diantaranya kenaikan gaji, perubahan tanggung jawab pekerjaan, dan promosi.
Country Manager Robert Walters Indonesia, Eric Mary, dalam siaran pers yang diterima PARAPUAN mengatakan, perusahaan juga perlu membangun komunikasi dan interaksi yang transparan serta akuntabel kepada para karyawannya.
“Hal ini semata-mata perlu dilakukan agar setiap karyawan merasa dihargai dan menumbuhkan kepercayaan mereka untuk terus bertahan dalam jangka panjang,” jelas Eric.
Baca Juga: Ini 4 Alasan Atasan Merespons Pengajuan Resign Kamu dengan Buruk
Demikian tren terkait fenomena The Great Resignation di Indonesia berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Robert Walters.
(*)