"Dengan bertemu langsung calon student, Schoters bisa mengetahui minat dan motivasi mereka sekaligus memberikan solusi yang tepat, case by case," ungkap Radyum Ikono.
"Strategi ini menjadi alternatif Schoters agar dapat terhubung dengan orang tua yang belum terliterasi secara digital, melalui ruang diskusi mengenai dukungan yang tepat dalam persiapan sekolah ke luar negeri untuk putra putri mereka," imbuhnya.
Lebih lanjut, Radyum mengatakan bahwa saat ini, minat pelajar Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri terus meningkat.
Menurut temuan Databoks (2022), destinasi negara utama pelajar Indonesia untuk studi dan memperoleh beasiswa adalah Uni Eropa (19,1 persen), Amerika Serikat (18,3 persen), dan Britania Raya (11,5 persen).
Negara tujuan ini dipilih dengan berbagai pertimbangan, termasuk reputasi keilmuan tertentu, biaya hidup yang terjangkau, kemudahan pengurusan visa, hingga bahasa yang digunakan.
Oleh karena itu, dalam Scholarship Abroad Clinic ini, pengunjung pertama kali akan diminta mengisi formulir mengenai study plan.
Isinya adalah rencana jurusan, negara prioritas dan nonprioritas, tipe beasiswa, hingga pengalaman kerja dan kompetensi pendukung untuk mendiagnosa latar belakang dan kebutuhan mereka.
Selanjutnya, pengunjung akan diberikan rekomendasi kampus dan beasiswa yang cocok dengan profil calon student.
Di kesempatan ini, mereka juga dapat mendiskusikan persiapan yang tepat untuk membidik target kampus dan beasiswa yang ditargetkan, termasuk konsultasi Curriculum Vitae (CV), serta dokumen pendukung lainnya.
Baca Juga: Mengenal Letter of Acceptance, Langkah Awal untuk Mendaftar Beasiswa LPDP