Terlebih saat memasuki fase depresi, Afina tak jarang berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Karena pikiran itu jugalah ia akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri berkonsultasi ke psikolog dan psikiater.
“Dari situ, aku merasa aku memang harus ke profesional karena aku ingin enggak hanya kesehatan fisik aku saja yang sehat, tapi kesehatan mental aku juga. Akhirnya aku ke psikolog, dari situ dirujuk ke psikiater, dan didiagnosis bipolar,” ungkapnya.
Memang, pada awalnya Afina mengaku sempat merasa takut untuk berkonsultasi ke psikolog dan psikiater karena stigma buruk dari orang terdekatnya, termasuk orang tua.
Di sisi lain, ia merasa senang setelah mengetahui bahwa sedih terus-menerus yang dialaminya merupakan gangguan kesehatan mental.
“Sedihnya itu karena aku takut di-judge sama orang tua, keluarga, teman-teman, karena jarang banget orang yang ngomong mereka bipolar, jadi aku merasa enggak punya teman. Apalagi orang bipolar itu stigmanya orang gila, itu yang aku takutin,” pungkas Afina.
“Tapi senangnya, aku jadi tahu aku kenapa, aku lebih mengenal diri sendiri dan treatment yang harus dilakukan, seperti minum obat dan terapi agar aku bisa jadi lebih baik,” lanjutnya lagi.
Karena stigma tersebut, ia pun sempat mengalami kesulitan untuk mengedukasi kedua orang tuanya terkait apa yang dirasakannya.
Baca Juga: Pernah Dirawat di RSJ, Ini Perjalanan Berliku Yovania Asyifa Jami dalam Menerima Diri
Untungnya, berkat kesabarannya, kini orang tuanya sudah bisa memahami kondisi putrinya dan memberikan dukungan penuh.
Sementara itu di media sosial, Afina Syifa mengaku tak jarang disebut hanya mencari perhatian karena membagikan kisah perjuangannya ke publik.
Tetapi hal tersebut tak membuatnya lantas berhenti membagikan ceritanya serta memberikan edukasi seputar kesehatan mental.
“Aku ingat tujuan aku apa, bukan buat cari perhatian dan konten untuk dikasihani. Niat aku ingin teman-teman yang merasakan apa yang aku rasakan untuk ke profesional dan bahwa mereka enggak sendirian. Jadi kalau ada yang bilang aku caper (cari perhatian), pengin dibilang bipolar, aku enggak peduli,” tegasnya.
Kawan Puan, itulah cerita Afina Syifa melawan stigma terkait gangguan kesehatan mental.
Afina juga berpesan, bagi Kawan Puan yang merasakan gejala atau gangguan kesehatan mental untuk tidak perlu merasa takut berkonsultasi ke profesional.
“It’s okay to seek help. Apapun situasinya, apapun situasinya, marah, sedih, itu enggak apa ke profesional. Dan kalian enggak sendirian, teman-teman juga bisa mengalami proses indah yang aku alami. Don’t give up dan percaya dengan prosesnya,” tutup Afina. (*)