Kemudian bank sentral India terpantau sudah menaikkan 140 bps sepanjang 2022.
Untuk di Indonesia sendiri, Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral Tanah Air telah menaikkan suku bunga acuan 75 bps dan berada di level 4,25 persen.
Menurut Sri, kenaikan suku bunga oleh bank sentral secara ekstrem dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana diungkap oleh Sri, pelemahan ekonomi mulai terlihat dari ekspansi purchasing managers index (PMI) manufaktur global yang terus melambat ke 50,3 di Agustus 2022 serta menjadi level terendah selama 26 bulan terakhir.
Perlambatan ekonomi di bulan yang sama turut dialami sejumlah negara lain, sepert India, Amerika Serikat, Jepang, serta Malaysia.
Sri mengungkap, masyarakat harus mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi.
"Oleh karena itu, kita harus antisipasi terhadap kemungkinan kinerja perekonomian dunia yang akan mengalami perlemahan akibat inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga," kata Sri Mulyani.
Presiden Bank Dunia David Malpass berujar, bank-bank sentral yang ada di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga di tahun ini.
Kenaikan ini diproyeksi masih akan terus berlanjut hingga tahun depan.
Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan saat Resesi Ekonomi Terjadi di Depan Mata
Dalam studi Bank Dunia, kenaikan suku bunga di bank-bank sentral tersebut berpengaruh pada tingkat inflasi global yang mencapai sekitar 5 persen di tahun 2023.
Jumlah ini naik hampir dua kali lipat dari rata-rata 5 tahun sebelum pandemi.
Agar inflasi global bisa terpangkas dan sesuai target, bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 persen.
Jika ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023, terkontraksi 0,4 persen per kapita sehingga terjadi resesi global.
"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi,” jelas Malpass dalam keterangan tertulis, Jumat (16/9/2022).
Malpass khawatir jika tren ini bertahan dan menemui konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang.
Jika suatu saat nanti terjadi, apakah Kawan Puan siap untuk menghadapi resesi 2023?
(*)