Parapuan.co - Osteoporosis bukan hanya kondisi yang menyerang lansia, sebab gangguan pada tulang ini juga dapat dialami oleh anak.
Pada anak, gangguan yang menyerang tulang ini disebut dengan juvenile osteoporosis.
Mengutip Verywell Health, juvenile osteoporosis menjadi bentuk osteoporosis langka yang biasanya dimulai tepat sebelum masa pubertas.
Anak yang mengalami osteoporosis berusia antara satu sampai 13 tahun, tapi biasanya gangguan ini terjadi di umur tujuh tahun.
Osteoporosis sendiri merupakan penyakit tulang progresif di mana kepadatan tulang hilang atau pembentukan tulang tidak mencukupi, akibatnya tulang menjadi lemah dan mudah patah.
Seorang anak yang mengalami osteoporosis akan mengalami gejala seperti:
- Dada cekung,
- Kehilangan tinggi badan,
- Kifosis (kelengkungan abnormal tulang belakang dada).
Baca Juga: Waspada Osteoporosis, Ini 5 Tanda Berkurangnya Kepadatan Tulang pada Perempuan
Juvenile osteoporosis terbagi menjadi dua jenis yakni osteoporosis sekunder dan osteoporosis juvenile idiopatik.
Simak penjelasan dan perbedaan keduanya berikut!
Osteoporosis Sekunder
Penyebab osteoporosis sekunder ini biasanya karena adanya kondisi medis antara lain:
- Diabetes tipe 1, biasanya dikaitkan dengan kualitas tulang yang buruk dan peningkatan risiko patah tulang.
- Cystic fibrosis merupakan kondisi genetik progresif yang menyebabkan infeksi paru-paru berulang dan berkelanjutan.
Di mana penyakit paru-paru ini dapat memperlambat pubertas dan menghambat pertumbuhan tulang anak, sehingga tulang jadi lebih lemah.
- Penyakit malabsorpsi berdampak mengurangi penyerapan nutrisi dari usus, termasuk kalsium dan vitamin D, sehingga meningkatkan pengeroposan dan risiko patah tulang.
- Obat-obatan tertentu seperti obat kemoterapi, obat anti kejang, dan obat kortikosteroid dapat mengganggu pembentukan tulang.
Baca Juga: Kenapa Osteoporosis Lebih Berisiko Pada Perempuan? Ini Penjelasannya
Osteoporosis Juvenile Idiopatik
Osteoporosis juvenil idiopatik lebih jarang terjadi dibandingkan tipe sekunder.
Pasalnya osteoporosis juvenil idiopatik ini lebih berpengaruh pada anak laki-laki daripada perempuan sebelum pubertas.
Meskipun tidak ada penyebab pasti osteoporosis juvenil idiopatik, tapi kondisi ini bisa terjadi karena mutasi protein yang dikaitkan dengan osteoporosis dini dengan fraktur aksial dan apendikular selama masa kanak-kanak.
Jenis osteoporosis ini mungkin tidak berlangsung lama, sebab kepadatan tulang anak dapat pulih selama masa pubertas.
Namun, kepadatan tulang tetap tidak akan kembali normal ketika massa tulang mencapai puncaknya nanti hingga dewasa.
Kawan Puan, bagi kamu yang sudah memiliki anak lalu muncul gejala osteoporosis maka disarankan pergi ke dokter demi mendapat penanganan yang tepat, sebelum kondisi makin memburuk.
Selain itu, pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi dan cukup kalsium agar terhindari dari osteoporosis ini ya!
Baca Juga: Merasakan Manfaatnya hingga Sekarang, Ayudia Bing Slamet dan Ditto Jadi 'Anak Susu' Sejak Kecil
(*)