Namun, saat hendak turun, ternyata sudah banyak orang mengantri di pintu 13 tersebut.
"Pada menit 90 tambahan 3 menit, saya mencoba keluar dari pintu gate 13, di tangga itu, sudah penuh. Sehingga saya memutuskan balik, saya bersama dengan teman saya Aremania Lampung, jauh jauh dari Lampung, dia ke sini hanya untuk menonton Arema. Tapi apa yang terjadi yang ditonton adalah film horor," ujar Dadang sapaannya melansir Tribunnews.
Tak lama peluit panjang terdengar sebagai tanda pertandingan berakhir.
Setelah itu Dadang melihat satu persatu suporter memasuki lapangan. Namun bukan untuk bertindak anarkis, Dadang melihat banyak suporter justru memberikan pelukan pada pemain lawan dan ada yang meminta foto.
Sayangnya, tak lama setelah itu situasi makin tak terkendali, dan kerusuhan pun terjadi.
Kengerian langsung terjadi di area Tribun 13 saat gas air mata tiba-tiba ditembakkan ke arah penonton.
Sesak, pedih, dan panik menjadi satu dan membuat para penonton berhamburan mencari jalan keluar.
Dadang dan temannya kemudian mencoba menyelamatkan diri dengan memanfaatkan jaket yang ia pakai.
Ia dan temannya langsung mencari jalan keluar lain di tangga Tribun 14 bersebelahan dengan Tribun VIP.
Baca Juga: Cerita Ibu dari Anak Korban Kanjuruhan, Hanya Bisa Menangis di Tengah Kedukaan