Parapuan.co - Topik seputar seks tak hanya dianggap tabu oleh masyarakat, sebab ada pula pasangan di usia produktif yang enggan berbicara seksulitas satu sama lain.
Buruknya lagi keengganan berbicara dan transparansi untuk membahas seks itu dapat mengurangi intimasi dan kualitas romantisme pasangan, bahkan dapat memicu ketidakharmonisan dalam hubungan.
Paparan studi The Pleasure Gap Study 2022 oleh Durex di acara intimate soiree di The Moon, Hotel Monopoli pada Kamis (06/10/2022 yang dihadiri PARAPUAN mengungkap adanya kesenjangan kepuasan seksual yang kerap dialami oleh pasangan di seluruh belahan dunia, secara khususnya di Indonesia.
Di Indonesia, studi ini melibatkan 535 responden pria dan wanita berusia 18 sampai 34 tahun di berbagai kota di Indonesia.
Penelitian menemukan adanya kesenjangan kepuasan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan yakni:
1. Mayoritas responden sekitar 96 persen menyetujui bahwa kepuasan yang sama di ranjang adalah hal penting.
2. Satu dari tiga perempuan pernah memalsukan orgasme saat berhubungan dengan pasangannya.
3. 89 persen pasangan menginginkan sesi foreplay yang lebih lama karena dapat membantu mereka mendapatkan kepuasan yang lebih baik.
4. Perempuan lebih menginginkan sesi foreplay yang lebih lama (92 persen) daripada pria (86 persen).
Baca Juga: Benarkah Makeup Sex Bisa Selesaikan Masalah dengan Pasangan? Ini Kata Sex Educator
5. 93 persen perempuan mengekspresikan bahwa mereka ingin lebih banyak bereksplorasi di kamar tidur dengan pasangannya.
Dalam kesempatan intimate soiree ini, dr. Sandy Prasetyo, Sp.OG mengatakan bahwa ada penyebab dari kesenjangan kepuasan sekesual.
"Adanya kesenjangan kepuasan dalam sebuah hubungan juga disebabkan oleh pendidikan seks di Indonesia yang masih sangat minim," papar dr. Sandy.
Selain itu dr. Sandy juga mengungkap kalau kondisi tersebut memicu kurangnya keterbukaan pasangan dalam mengomunikasikan preferensi dan keinginannya terkait aktivitas seksual bersama.
Padahal, menurut dr. Sandy transparansi selama hubungan seksual juga menentukan faktor kesehatan dan keamanan saat melakukan senggama.
"Pasangan juga perlu terbuka tentang histori kegiatan seksual yang pernah dilakukan oleh pasangan, melakukan pemeriksaan kesehatan seksual secara rutin, serta memilih kontrasepsi yang nyaman digunakan bersama, misalnya kondom," ujar dr. Sandy.
Di kesempatan ini, psikolog klinis Inez Kristanti, M.Psi juga menyatakan kalau ketika pasangan bisa berdiskusi mengenai hubungan seksualnya secara sehat, terdapat rasa saling menghargai, saling percaya, dan saling memahami.
"Hubungan seksual pun menjadi lebih berkualitas dan setara yang memunculkan rasa puas, menurunkan level stres dan rasa cemas, sekaligus meningkatkan sexual confidence antara pasangan," ungkap Inez.
Inez menegaskan ketika ada equal respect, maka equal pleasure muncul lebih mudah, sehingga kondisi tersebutlah yang membantu menjembatani kesenjangan kepuasan tersebut.
Nah, Kawan Puan, dari ulasan di atas dapat diketahui ya kalau demi meraih kepuasan bersama itu kamu dan pasanganmu harus menghilangkan batas tabu dan malu ya.
Jadi yuk, mulai sekarang cobalah berkomunikasi secara lebih terbuka.
Baca Juga: Posisi Seks Pengaruhi Peluang Hamil, Benarkah? Ini Penjelasan Ahli
(*)