Sementara menurut Zsazsa, model dengan vitiligo dan influencer, menilai bahwa terkadang standar kecantikan masih menjebak para perempuan di usia remaja.
"Menurut aku untuk remaja yang masih mencari jati diri, itu (standar kecantikan) masih relate dengan mereka. Somehow mereka masih melihat bahwa yang cantik itu yang kurus dan putih," ujar Zsazsa.
Hal ini juga dipengaruhi oleh apa yang dilihat oleh para remaja di media sosial.
Namun bagi mereka yang sudah dewasa, punya pengalaman dan pandangan yang telah terbentuk, tak lagi mudah terganggu dengan adanya standar kecantikan yang kerap ada di masyarakat.
"Sementara untuk generasinya yang lebih dewasa lebih bisa menilai dirinya sendiri," ujarnya lagi.
Sedangkan Sarra Tobing, content creator dan creative director justru melihat standar kecantikan hanyalah sebuah fase dalam hidup yang harus dilewati oleh semua orang.
Semakin bertambahnya usia kita, maka standar kecantikan akan turut berubah.
"Ada masanya gue mengikuti standar kecantikan just for fun. Misalnya kayak ada fase iseng aja rambutnya pengen lurus, terus kemudian ikal-ikal," ujar Sarra.
Ia mengingatkan bahwa tak perlu khawatir dalam menghadapi standar kecantikan, karena jika terus mengikutinya terus menerus hanya akan membuat kita lelah.
Baca Juga: Brand Kecantikan Lokal Pakai Brand Ambassador Artis Korea, Apa Dampaknya bagi Standar Kecantikan?