Selain itu, terdapat berbagai makna filosofis kehidupan mendalam terkait keyakinan masyarakat Batak.
Nenek moyang masyarakat Batak meyakini tiga hal sebagai sumber kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan kehangatan.
Dengan demikian, mereka meyakini manusia perlu kehangatan, yang bersumber dari tiga hal, yaitu matahari, api, dan ulos.
Lebih jauh, masyarakat Batak meyakini ulos jauh lebih fleksibel untuk digunakan sebagai penghangat tubuh.
Pasalnya, ulos tidak seperti matahari yang terbit dan terbenam, tidak pula seperti api yang tidak praktis digunakan.
Nah, karena merupakan kain yang memiliki nilai sacral bagi masyarakat suku Batak, maka penggunaan ulos tidak boleh sembarangan.
Masih dikutip dari Kompas.com, laki-laki Batak biasa menggunakan setelan jas, lalu kain ulos yang dililitkan ke seluruh bagian tubuhnya.
Sementara perempuan di suku Batak biasanya mengenakan kebaya, yang dipadukan dengan kain ulos yang telah dibuat menjadi rok.
Selain itu, ada pula kain ulos yang disampirkan di bahu sebagai selendang.
Baca Juga: Tak Bisa Sembarangan Dipakai, Ini Jenis-Jenis Kain Ulos dari Batak