Sejarah Profesi Dokter di Indonesia, Dulu Sempat Disebut Mantri

Arintha Widya - Senin, 24 Oktober 2022
ilustrasi profesi dokter
ilustrasi profesi dokter Chinnapong

Kala itu, penyelenggaraan pendidikan kedokteran pun masih dilaksanakan di Rumah Sakit Militer, tidak ada sekolah khusus.

Barulah pada 1851, pemerintah kolonial membuka Sekolah Pendidikan Kedokteran di Weltevreden.

Weltevreden adalah pusat kota di mana orang-orang Eropa banyak tinggal di pinggiran Batavia.

Sekolah tersebut menerima siswa dari kalangan pribumi, di mana para lulusannya akan diberi gelar Dokter Djawa.

Gelar Dokter Djawa diberikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernemen tanggal 5 Juni 1853 Nomor 10.

Namun, ketika itu lulusan yang berprofesi sebagai dokter tidak dipanggil dengan sebutan dokter, melainkan mantri.

Dan para mantri hanya diperbolehkan atau dipekerjakan untuk menyembuhkan dan/atau mengobati penyakit cacar.

Oleh karenanya, tidak heran jika masyarakat lebih mengenal dokter sebagai mantri cacar.

Pendidikan kedokteran baru berkembang pesat dan berubah sistemnya setelah 10 tahun.

Saat itulah lulusannya bisa menjadi dokter yang berdiri sendiri dan tidak hanya mengobati cacar.

Pada 1898, didirikanlah sekolah kedokteran khusus yang bernama Stovia atau School tot Opleiding voor Indische Artsen.

Bagaimana Kawan Puan? Kamu tidak menyangka kan kalau istilah mantri ternyata dulunya adalah sebutan untuk profesi dokter?

Baca Juga: Mengenal Profesi Dokter Spesialis Kesuburan Seperti Donald Cline di Film Our Father

(*)

Sumber: FK UI
Penulis:
Editor: Arintya


REKOMENDASI HARI INI

Peran Perempuan Minim, DPR Refleksi Pemilihan Pimpinan dan Dewan Pengawas KPK 2024-2029