Digelar Selama 3 Hari, Pasar WhatsApp Hadirkan 20 UKM dari Seluruh Indonesia

Alessandra Langit - Senin, 24 Oktober 2022
WhatsApp hadirkan pop-up market 3 hari, Pasar WhatsApp,  menampilkan 20 UKM menarik dari seluruh Indonesia.
WhatsApp hadirkan pop-up market 3 hari, Pasar WhatsApp, menampilkan 20 UKM menarik dari seluruh Indonesia. WhatsApp

Jawa Classic, dari, Yogyakarta, menjual furnitur kayu dan rotan berkualitas.

Keytabee, usaha yang dijalankan oleh orang tua asal Cianjur menjual pakaian anak-anak ala Jepang berbahan ramah lingkungan.

Ada GoodVibes Botanical dari Banten yang menjual rangkaian produk perawatan kulit dan penghilang stres.

Jika Kawan Puan seorang pecinta makanan yang tidak bisa menolak camilan lokal yang enak, atau orang yang suka makanan sehat, ada banyak pilihan.

Kamu bisa mencoba produk dari Pawon Nesara dari Depok yang menjual biskuit bebas gluten buatan sendiri.

Selain itu juga ada Kahla Tempte Crispy dari Sukabumi yang menjual keripik tempe gurih tanpa pengawet.

Bonpay Rhanindi dari Jawa Timur juga hadir dengan menjual abon pepaya dengan menggunakan rempah-rempah Indonesia sehingga memiliki tekstur yang renyah dan gurih.

Pengunjung juga dapat memamerkan kecintaan mereka terhadap brand lokal, dan berfoto bersama teman dan keluarga di photo booth yang akan berlokasi di tengah pop-up.

"UKM yang menjadi bagian dari Pasar WhatsApp adalah contoh yang bagus tentang betapa suksesnya UKM ketika melakukan transisi ke online," kata Esther Samboh, Manajer Kebijakan Publik WhatsApp untuk Indonesia.

"Kami berharap orang-orang dapat mengetahui UKM ini, bangga serta mendukung mereka, dan UKM dapat menemukan lebih banyak pelanggan yang terhubung dengan mereka melalui Aplikasi WhatsApp Business," lanjutnya.

Pasar WhatsApp merupakan bagian dari kampanye Jualan di WhatsApp, di mana WhatsApp bekerja sama dengan berbagai mitra untuk mendukung ekonomi digital di Indonesia.

Baca Juga: Terancam Diblokir Pemerintah, Kenali 5 Fitur WhatsApp Business untuk Pengusaha

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?