Parapuan.co – Kawan Puan, tak dapat dimungkiri bahwa pandemi Covid-19 bukan hanya telah mengguncang sistem kesehatan global, tetapi juga menjadi pukulan bagi banyak sektor lain, seperti ekonomi, pariwisata, manufaktur, bahkan pendidikan.
Perempuan merupakan kelompok populasi yang paling terdampak di sektor-sektor tersebut. Dari sisi lapangan pekerjaan, misalnya, International Labour Organization (ILO) mencatat bahwa perempuan mengalami lebih banyak kehilangan pendapatan atau income loss dibandingkan laki-laki.
Secara global, jumlah income loss yang dialami perempuan pada 2020 diperkirakan mencapai 800 triliun dollar Amerika Serikat (AS).
Tak hanya itu, situasi pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk lebih banyak beraktivitas di rumah turut meningkatkan kekerasan berbasis gender (KBG) terhadap perempuan di lingkungan rumah tangga.
Baca Juga: Osteoporosis Jadi Silent Disease, Ini Kunci Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter
Berdasarkan data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan, jenis KBG yang paling banyak dialami oleh perempuan Indonesia selama 2020 adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan persentase sebesar 59,82 persen.
Selain perempuan, anak-anak juga turut merasakan dampak pandemi Covid-19. Tak sedikit anak-anak sekolah mengalami learning loss karena harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Kehidupan sosial anak-anak juga terganggu akibat minimnya interaksi langsung dengan teman-temannya.
Dari sisi kesehatan, akses perempuan dan anak-anak terhadap layanan kesehatan juga menjadi terbatas. Cakupan imunisasi anak, misalnya, terjadi penurunan. Pasalnya, tenaga kesehatan difokuskan untuk menangani pasien Covid-19 dan para ibu enggan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan karena takut tertular Covid-19.
Memperhitungkan kerugian-kerugian tersebut, pemerintah Indonesia memanfaatkan kesempatan Presidensi G20 untuk mendorong komitmen negara-negara G20 dalam menciptakan sistem kesehatan global yang lebih inklusif, resilien, dan responsif.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Subvarian Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia, Ini Imbauan Kemenkes
Penguatan sistem kesehatan global diharapkan tidak hanya akan mempercepat eliminasi pandemi Covid-19 serta pemulihan ekonomi masyarakat, melainkan juga agar negara-negara di dunia dapat jauh lebih siap menghadapi ancaman pandemi di masa depan.
Mengantisipasi pandemi di masa depan
Kemungkinan terjadinya pandemi di masa depan bukan hanya isapan jempol. Tidak sedikit ilmuwan yang memprediksi bahwa ancaman pandemi cenderung akan semakin meningkat. Wabah monkeypox atau cacar monyet dapat menjadi salah satu contoh.
Wabah baru yang sempat membuat gempar masyarakat di sejumlah negara, termasuk Indonesia, itu terjadi ketika pandemi Covid-19 masih berlangsung meski kurva kasusnya sudah melandai.
Jika ditelisik lebih jauh, wabah cacar monyet dan pandemi Covid-19 memiliki kesamaan, yaitu sama-sama disebabkan oleh penyakit yang ditularkan pada manusia oleh hewan (zoonosis).
Baca Juga: Berkaca dari Kasus KDRT, Benarkah Mencintai Sama dengan Menguasai?
Untuk mengantisipasi perkembangan zoonosis yang berpotensi berkembang menjadi pandemi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pendekatan One Health. Langkah ini dilakukan dengan memperkuat surveilans terhadap penyakit-penyakit yang berasal dari hewan.
Menurut Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia dr Dante Saksono Harbuwono, One Health menjadi salah satu upaya mencegah terjadinya outbreak di masa mendatang.
“Untuk itu kita terus berbenah diri, melakukan evaluasi, dan melakukan implementasi untuk membuat One Health menjadi isu yang penting di tiap-tiap negara, terutama negara-negara yang kaya dengan keanekaragaman hewani dan hayati seperti Indonesia,” ucap dr Dante, dikutip dari laman resmi Kemenkes, Rabu (8/6/2022).
Selain itu, menghadapi potensi ancaman pandemi baru, negara-negara partisipan Presidensi G20 Indonesia pun sepakat untuk mengumpulkan dana pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons (PPR) melalui Financial Intermediary Fund (FIF).
Baca Juga: Kemenkes Terbitkan Pedoman Penanganan Gangguan Ginjal Akut pada Anak
FIF diharapkan dapat membantu seluruh negara partisipan G20 lebih siap dalam menghadapi pandemi di masa depan, termasuk mengimplementasikan pendekatan One Health. Dana tersebut juga akan digunakan untuk membantu meningkatkan akses dan fasilitas kesehatan, termasuk dalam hal pembelian, distribusi, dan penyaluran alat dan bantuan kesehatan.
Dalam pertemuan G20 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG), Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan bahwa dana FIF telah terkumpul 1,28 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19,2 triliun.
Adapun kontribusi Indonesia terhadap FIF sebesar 50 juta dollar AS atau sekitar Rp 781 miliar.
“Meski dana sudah terkumpul banyak, kita masih akan terus bicara dan diskusikan tentang tata kelola dan bagaimana kebijakan terkait pendanaan untuk berikan dukungan demi persiapan pandemi (yang akan datang)," imbuh Sri Mulyani, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Minggu (17/7/2022).
Baca Juga: Cegah Modus Penipuan, Ini 6 Cara Menjaga Data Pribadi saat Bertransaksi Digital
Pengendalian pandemi kembalikan semangat investasi
Selain memperkuat ketahanan kesehatan global, forum Presidensi G20 Indonesia juga dimanfaatkan sebagai momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun global.
Tidak dapat dimungkiri bahwa iklim perekonomian yang positif serta daya tarik investasi sangat tergantung pada keberhasilan sebuah negara dalam penanganan pandemi Covid-19. Optimisme akan pemulihan ekonomi timbul seiring dengan baiknya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Mengutip dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (25/5/2022), Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memberi apresiasi atas penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang baik serta capaian vaksinasi yang cukup tinggi. Apresiasi tersebut disampaikan dalam The 7th Global Platform Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022.
Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Jane Mohammed menyampaikan, PBB mengapresiasi sejumlah langkah yang diterapkan pemerintah Indonesia dan capaian vaksinasi yang cukup merata.
Baca Juga: Ahli Jelaskan 3 Tantangan Kenapa Cakupan Vaksinasi Booster Baru 26 Persen
"Vaksinasi populasi 270 juta orang adalah prestasi besar dan kami memuji kepemimpinan Indonesia atas program vaksinnya," ujar Amina.
Presiden Joko Widodo, dalam kesempatan tersebut, mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan yang dinamis dengan "gas dan rem" sehingga terjadi keseimbangan antara upaya menjaga kesehatan dan kegiatan perekonomian. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga di angka 5,01 persen. Dengan demikian, Indonesia pun ramah investasi.
Pada forum Presidensi G20, akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dan global ditempuh dengan rencana penguatan sektor industri Tanah Air. Bahkan, pada Presidensi G20 Indonesia, pembahasan isu industri secara khusus dibentuk dalam Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG).
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi mengatakan, Indonesia punya peluang besar untuk meraih kepercayaan investor global.
Baca Juga: Penawaran SBN ORI2022 Sudah Dibuka, Berikut Keuntungan yang Didapatkan
“Sepanjang 2021, sektor industri pengolahan nonmigas memiliki kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 17,36 persen, yang sumbangsihnya antara lain dari sektor industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, serta industri barang logam,” papar Dody, dikutip dari laman kominfo.go.id, Jumat (13/5/2022).
Lebih lanjut Doddy menjelaskan, pihaknya juga menaruh harapan besar terhadap sektor industri manufaktur untuk dapat memanfaatkan momen Presidensi G20 Indonesia sebagai ajang berbagi pengalaman industrialisasi, khususnya dengan negara-negara maju.
“Hal ini bertujuan meningkatkan peran industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan guna mengatasi disrupsi rantai pasok dunia. Tentunya juga akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja baru, serta meningkatkan nilai tambah ekonomi,” ungkap Doddy.