Akhir babak kedua pertandingan Arema FC dan Persebaya ini ditutup dengan pendukung yang turun ke lapangan.
Bagi Suci, itu adalah pemandangan yang biasa karena penonton dan pemain biasanya bernyanyi bersama di tengah lapangan untuk menutup pertandingan.
Suasana menjadi tegang saat Suci hendak berpindah ke ruang pers dan melihat ada kepulan asap.
"Aku enggak lihat ada tembakan gas air mata, aku lihat ada kepulan asap, akhirnya aku masuk ke dalam lorong," cerita Suci.
"Biasanya aku ngeyel kalau disuruh masuk tapi ini nurut, di depan pintu utama ada petugas yang bilang tutup pintunya, aku mikir ini ada apa, terus ada suara tembakan," lanjutnya.
Suci kemudian melanjutkan tugasnya sebagai wartaman, menduduki ruangan konferensi pers dan munggu pernyataan dari pelatih kedua tim.
Konferensi pers hanya berlangsung selama dua menit, disusul dengan satu per satu penonton yang lewat membawa tubuh orang lain.
"Tiba-tiba supporter lewat angkatin yang pingsan, satu, dua, tiba-tiba ada banyak yang lewat," cerita Suci.
Di situlah, Suci menyadari bahwa sedang terjadi tragedi kerusuhan yang mengancam nyawa di tempatnya meliput.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Cerita ASN Soal Ngerinya Pintu 13 Saksi Bisu Kerusuhan