Cerita Fotografer Olahraga Suci Rahayu Memotret Detik-Detik Tragedi Kanjuruhan

Alessandra Langit - Kamis, 27 Oktober 2022
Cerita Suci Rahayu, seorang fotografer olahraga, menjadi saksi tragedi Kanjuruhan saat bertugas.
Cerita Suci Rahayu, seorang fotografer olahraga, menjadi saksi tragedi Kanjuruhan saat bertugas. Dok. PARAPUAN

Parapuan.co - Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu menggoreskan luka di hati masyarakat Indonesia.

Pertandingan sepak bola di rumah Arema FC ini berakhir dengan kerusuhan yang juga diperparah dengan penembakan gas air mata oleh polisi yang bertugas.

Penonton yang panik berusaha mencari jalan keluar, namun sayangnya tidak ada celah untuk mereka bergerak atau bernapas.

Tragedi Kanjuruhan adalah sejarah kelam sepak bola Indonesia yang disaksikan langsung oleh mereka yang berada di stadion tersebut.

Salah satu saksi mata dari tragedi tersebut adalah Suci Rahayu, fotografer olahraga Kompas.com kontributor Jawa Timur.

PARAPUAN mengundang Suci Rahayu dalam program What Do Sport Photographers Do? Eksklusif Tragedi Kanjuruhan di media sosial pada Kamis (27/10/2022).

Pada kesempatan tersebut, Suci Rahayu menceritakan detik-detik dirinya terjebak dalam tragedi yang menyisakan trauma tersebut.

Detik-detik Tragedi Kanjuruhan

Menurut cerita perempuan yang akrab disapa Suci ini, saat ia bertugas meliput pertandingan Arema FC tersebut, tensi laga sangat panas.

Baca Juga: 12 Temuan Awal Terkait Tragedi Kanjuruhan Menurut Investigasi Tim Pencari Fakta

Akhir babak kedua pertandingan Arema FC dan Persebaya ini ditutup dengan pendukung yang turun ke lapangan.

Bagi Suci, itu adalah pemandangan yang biasa karena penonton dan pemain biasanya bernyanyi bersama di tengah lapangan untuk menutup pertandingan.

Suasana menjadi tegang saat Suci hendak berpindah ke ruang pers dan melihat ada kepulan asap.

"Aku enggak lihat ada tembakan gas air mata, aku lihat ada kepulan asap, akhirnya aku masuk ke dalam lorong," cerita Suci.

"Biasanya aku ngeyel kalau disuruh masuk tapi ini nurut, di depan pintu utama ada petugas yang bilang tutup pintunya, aku mikir ini ada apa, terus ada suara tembakan," lanjutnya.

Suci kemudian melanjutkan tugasnya sebagai wartaman, menduduki ruangan konferensi pers dan munggu pernyataan dari pelatih kedua tim.

Konferensi pers hanya berlangsung selama dua menit, disusul dengan satu per satu penonton yang lewat membawa tubuh orang lain.

"Tiba-tiba supporter lewat angkatin yang pingsan, satu, dua, tiba-tiba ada banyak yang lewat," cerita Suci.

Di situlah, Suci menyadari bahwa sedang terjadi tragedi kerusuhan yang mengancam nyawa di tempatnya meliput.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Cerita ASN Soal Ngerinya Pintu 13 Saksi Bisu Kerusuhan

Dilema Membantu Korban

Menurut keterangan Suci, penonton yang lewat dan terinjak-injak mulai berteriak minta bantuan, bahkan memaki wartawan yang bertugas.

Tak lama, teman-teman Suci yang laki-laki mulai mengulurkan tangan bantuan kepada penonton yang kesulitan.

Namun, Suci yang masih syok hanya bisa diam di tengah penonton yang lalu-lalang serta membawa tubuh tak bernyawa.

"Pokoknya crowded banget, pada angkatin yang sudah meninggal, pingsan, dan aku hanya bisa blank," cerita Suci.

Ada dilema di hati Suci yang ingin membantu para penonton, tapi di saat yang bersamaan dirinya masih syok.

Suci pun akhirnya ikut membantu mengipaskan para korban dengan potongan kardus yang ia robek sendiri.

"Aku cuma motret beberapa kali saja, udah cuma gitu saja, setelah itu aku jadi orang blank, syok gitu," cerita Suci.

"Cewek itu ada tiga, temanku yang dua ini masih sempat bantu yang lain, kalau aku blank seperti tidak bisa mikir lagi," lanjutnya.

Baca Juga: Cerita Ibu dari Anak Korban Kanjuruhan, Hanya Bisa Menangis di Tengah Kedukaan

Lewat bidikan mata Suci, ada beberapa momen yang berhasil diabadikan walaupun harus berhadapan dengan situasi yang membahayakan.

Trauma yang Membekas

Setelah kejadian kelam tersebut, trauma tentu menghantui hari-hari Suci Rahayu.

Suci mengaku dirinya tidak bisa bekerja dengan maksimal karena mengingat kerusuhan yang ia saksikan dengan mata kepala sendiri.

"Kalau trauma itu, aku seminggu setelah kejadian enggak berani buka laptop," cerita Suci.

"Tiap buka, edit foto-foto, ingat kejadian itu, rasanya satu sisi aku enggak bantuin apa-apa, masih kebayang gitu," lanjutnya.

Tragedi Kanjuruhan juga menyisakan ketakutan di hidup Suci ketika ia mendengar suara orang ramai-ramai.

"Di 2019 sempat ada kejadian juga kerusuhan, masih kebawa kejadian itu, kalau ada orang teriak-teriak aku takut," kata Suci.

"Sekarang yang ketambahan gitu traumanya," lanjutnya.

Di luar trauma dan luka yang membekas akibat tragedi tersebut, Suci Rahayu, sebagai perempuan, telah membuktikan dedikasinya terhadap pekerjaan yang ia tekuni.

Sebagai seorang fotografer olahraga, menangkap momen, baik yang menyenangkan maupun tragedi, merupakan pengalaman serta pelajaran yang berharga.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Cerita Parapuan (@cerita_parapuan)

Baca Juga: Pasangan Suami Istri Tewas Akibat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru