Parapuan.co - Jenama sepatu asal Bandung, Pijakbumi, baru saja memamerkan karyanya di pameran internasional MICAM Milano, Italia, pada September 2022 lalu.
Sebagai informasi, MICAM Milano adalah pameran alas kaki internasional yang terkemuka dan kerap jadi patokan untuk dealer dari seluruh dunia.
Pada pameran bergengsi itu, Pijakbumi memamerkan sepatu mereka yang terbuat dari material-material ramah lingkungan.
Mulai dari serat eceng gondok, batok kelapa, kenaf, hingga daur ulang kapas.
Berdasarkan pengalamannya mengikuti pameran di ajang internasional tersebut, Pijakbumi harus bertemu dengan jenama-jenama sepatu lainnya yang sudah berusia ratusan tahun.
"Waktu ke sana, kita itu umurnya baru enam tahun. Sementara di depan, samping kanan-kiri tuh udah terkenal dan usianya ratusan tahun. Walau masih baru, tapi di sana kita juga dapet spotlight," cerita Rowland Asfales, salah satu founder Pijakbumi di acara peluncuran kampanye "Blibli Langkah Membumi" yang dihadiri PARAPUAN(11/11/2022).
Hal ini dikarenakan material yang digunakan Pijakbumi tidak ditemukan pada sepatu brand-brand lain yang hadir di pameran tersebut.
"Material yang kita pakai itu adalah material-material asli dari Indonesia. Misalnya tenun, ada serat eceng gondok, ada dari batok kelapa. Jadi banyak dilihat dari buyer-buyer luar negeri, karena materialnya sangat lokal dan jadi nilai plus," ujar Asfales.
Hal ini pun menyadarkan Pijakbumi bahwa sumber daya alam asli Indonesia memiliki nilai jual yang tinggi di pasar internasional.
Baca Juga: Hadir di KTT G20 Bali, Ini Produk Ramah Lingkungan EIGER Adventure
"Misi ini pun akhirnya bukan cuman berhenti di Indonesia, tapi kita bisa lebih expand ke luar negeri juga," ujar laki-laki yang akrab dipanggil Asfales.
Ini merupakan ketiga kalinya brand lokal asal Bandung ini unjuk gigi produk ramah lingkungan mereka kepada pasar sepatu internasional.
Bahkan menariknya, Pijakbumi pernah mengikuti kompetisi dan menerima penghargaan sebagai 12 Emerging Designers di MICAM Milano, Italia pada tahun 2020.
Dalam prosesnya, Pijakbumi memang mengadopsi model bisnis sirkular ekonomi.
Bahan mentah yang digunakan oleh Pijakbumi adalah material yang natural-based dan recycle-based.
"Begitu diproduksi, kemudian dipake oleh temen-temen, setelah 'dibuang' ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu diperbaiki dan di-recycle," jelas laki-laki yang akrab dipanggil Asfales.
Misalnya, apabila bagian sol sepatu jebol, maka bisa dikembalikan kepada Pijakbumi untuk dijahit.
Pijakbumi bisa mendaur ulang bagian kain pada produk-produk sepatunya.
Sementara residu dari material-material lainnya diberikan kepada organisasi waste management untuk dijadikan bahan baku pembuatan aspal.
Baca Juga: Jangan Disepelekan! Ini Dampak Fast Fashion dan Perilaku Konsumtif Pada Ancaman Limbah Pakaian
"Jadi semuanya habis terpakai, tapi secondary product-nya udah lain," ujar Asfales.
Kendati demikian, walau saat ini proses daur ulang yang dilakukan oleh Pijakbumi masih terbatas, Asfales berharap jenamanya tersebut bisa melakukan lebih di masa depan.
"Namun harapannya ke depan, semua bagian sepatu bisa kita recycle, kita bongkar jadi yarn untuk sepatu baru lagi," harapnya.
Kendati pun menggunakan material yang ramah lingkungan, namun Asfales meyakinkan bahwa desain yang diusung Pijakbumi juga harus menarik.
"Secara desain dan warna, sepatu (Pijakbumi) harus nyaman dipakai, memikat mata, estetis juga. Jadi orang juga tidak hanya melihat dari sisi sustainability-nya aja, tapi sepatunya juga emang bagus," ujar Asfales.
Ada misi besar yang coba dibawa oleh Pijakbumi melalui produk-produk sepatu ramah lingkungan yang dijajakannya.
Seperti disampaikan oleh Asfales bahwa jika ingin mengubah gaya hidup yang lebih berkelanjutan, dibutuhkan langkah-langkah kecil untuk melakukannya.
"Dari kecil-kecil dulu, dari apa yang kita pakai dulu, dan seterusnya baru akhirnya bisa menerapkan gaya hidup yang lebih eco-friendly," ceritanya.
(*)
Baca Juga: Dukung Sustainable Beauty, Skincare Korea Luncurkan Produk dengan Kemasan Eco-Friendly