Hal itu diungkapkan oleh sejarawan bernama Burger yang mengatakan bahwa meski daerah kekuasaannya kurang subur, Ratu Kalinyamat berhasil memiliki empat kota pelabuhan di Jepara, Juana, Rembang, dan Lasem.
Pelabuhan itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat transit, tetapi juga menjadi pengekspor gula, madu, kayu, kelapa, dan palawija, yang menjadi komoditas perdagangan antarpulau bahkan antarnegara.
Berkat jasa Ratu Kalinyamat, Jepara mencapai masa keemasan dengan menjadi kota pelabuhan yang maju dan dilengkapi armada yang kuat.
Peran Ratu Kalinyamat dalam melawan Portugis
Ratu Kalinyamat memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia saat melawan bangsa Portugis pada abad ke-16. Pada masa pemerintahannya, bangsa Portugis telah bermarkas di Malaka, yang memicu perlawanan dari berbagai pihak.
Mengetahui Ratu Kalinyamat memiliki armada laut yang kuat, Raja Johor meminta bantuannya untuk membantu melawan Portugis pada 1550. Ratu Kalinyamat lalu mengirimkan 40 armadanya yang berkekuatan 4.000-5.000 prajurit. Namun serangan tersebut gagal.
Selain Raja Johor, pemimpin persekutuan Hitu di Ambon juga pernah meminta bantuan militer kepada Ratu Kalinyamat untuk melawan Portugis. Usai 24 tahun kemudian, tepatnya pada Oktober 1574, Ratu Kalinyamat mengirim ekspedisi yang digabungkan tentara dari Aceh guna menggempur kedudukan Portugis di Malaka.
Ekspedisi kedua itu berkekuatan 300 kapal, 80 di antaranya berukuran sangat besar, dengan jumlah prajurit mencapai 15.000 orang. Serangan tersebut berhasil mematahkan dominasi Portugis meski harus mengorbankan 2.000 nyawa tentara Ratu Kalinyamat.
Di mata Portugis, Ratu Kalinyamat adalah sosok beranivdengan pemikiran besarnya. Bahkan nama Ratu Kalinyamat meninggalkan kesan bagi beberapa bangsa Portugis. Diego de Conto, seorang penulis berkebangsaan Portugis, menjuluki Ratu Kalinyamat sebagai "Rainha de Jepara senhora Poderosa e ride", yang artinya Ratu Jepara seorang perempuan kaya dan mempunyai kekuasaan besar.
Selain itu, ada pula yang menyebutnya sebagai "De Kranige Dame", yaitu perempuan tangguh dan gagah berani yang tidak kenal takut.
Pada 1579, Ratu Kalinyamat meninggal dunia dan digantikan oleh salah satu putra angkatnya, yakni Pangeran Arya dari Banten, yang kemudian bergelar Pangeran Jepara.
Kawan Puan, demikian tadi sosok Ratu Kalinyamat yang namanya banyak disebut oleh para ulama perempuan dalam KUPI II. (*)