Penelitian Sebut Orang yang Melihat Pemandangan Berbeda Tiap Hari Lebih Bahagia

Kinanti Nuke Mahardini - Jumat, 2 Desember 2022
Meningkatkan kesehatan mental melalui kebiasaan sederhana.
Meningkatkan kesehatan mental melalui kebiasaan sederhana. comzeal

Berhenti Sejenak

Tekanan dan tuntutan dalam hidup yang mungkin menimbulkan burn out, kondisi di mana seseorang merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional, harus diatasi. 

Traveloka yang berkolaborasi dengan AKAR Indonesia dalam bentuk donasi siap mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan empowerment untuk remaja Indonesia melalui program Youth Akar Indonesia.

Fransisca lebih lanjut mengatakan bahwa penting bagi kita berhenti sejenak, memberikan waktu bagi diri untuk mengenal dan mencintai diri sendiri sangat penting dilakukan.

Kegiatan-kegiatan seperti mencari pengalaman baru melalui traveling maupun eksplorasi hal-hal baru melalui aktivitas liburan dan berwisata dapat menjadi salah satu upaya mengenal dan mencintai diri yang baik.

Bahkan penelitian tahun 2020 oleh jurnal Nature menyebutkan orang yang melihat pemandangan yang berubah-ubah setiap hari, cenderung lebih bahagia.

Peningkatan kesadaran akan pentingnya memberi ruang pada diri untuk rehat sejenak menjadi dasar kolaborasi Traveloka dengan AKAR dalam menyikapi masalah kesehatan mental merupakan salah satu contoh kepedulian sektor swasta terhadap isu-isu sosial di masyarakat.

“Berawal dari rasa empati, Traveloka mengambil langkah untuk berperan aktif dalam mengupayakan tercapainya generasi yang tumbuh sehat dengan kesehatan mental yang baik.

Prinsip kami, gaya hidup yang paling baik adalah yang seimbang, yang tak hanya baik untuk raga namun juga jiwa. Berpedoman pada prinsip ‘Life, Your Way’, kami mengajak para pengguna setia Traveloka untuk dapat terus menikmati hidup sesuai dengan pilihan mereka dan di saat yang sama mencapai keseimbangan kesehatan mental,” tutup Shirley.

(*)

Baca Juga: Hari AIDS Sedunia, Benarkah HIV Menyebabkan Gangguan Mental?



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?