Alasan Tamu Undangan Pernikahan Kaesang dan Erina Dilarang Pakai Batik Parang

Ratu Monita - Rabu, 7 Desember 2022
Tamu undangan pernikahan Kaesang dan Erina dilarang pakai batik parang lereng.
Tamu undangan pernikahan Kaesang dan Erina dilarang pakai batik parang lereng. Instagram/erinagudono

Parapuan.co - Pernikahan Kaesang dan Erina tinggal menghitung hari sebab akan dilaksanakan pada akhir pekan ini.

Foto prewedding hingga tanggal dan lokasi pernikahan telah diumumkan secara resmi jelang momen pernikahan Kaesang dan Erina.

Sebagai informasi, resepsi pernikahan Kaesang dan Erina akan digelar pada Minggu, (11/12/2022), di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah. 

Sementara akad nikah akan digelar pada Sabtu, (10/12/2022) di Pendopo Ageng Royal Ambarrukmo Yogyakarta.

Menariknya, terdapat sejumlah aturan yang harus ditaati oleh para tamu undangan pernikahan putra bungsu Presiden Jokowi ini. 

Salah satunya, para tamu undangan tidak diperkenankan untuk mengenakan batik bermotif parang lereng

Ketentuan ini berlaku khususnya untuk tamu undangan resepsi yang digelar di Pura Mangkunegaran Solo. 

Hal ini sesuai dengan aturan yang memang sudah diberlakukan sejak dulu di kompleks bersejarah di Surakarta itu.

Melansir dari laman Kompas.com, Budayawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tundjung W Sutirto, memberikan penjelasannya terkait larangan tersebut. 

Baca Juga: Ngunduh Mantu Kaesang-Erina Akan Dibagi Lima Sesi, Ini Kata Gibran

Menurutnya, ketentuan tersebut berkaitan dengan etika Jawa.

"Sebenarnya, itu soal etika Jawa. Di mana karya agung batik dengan motif parang itu diakui sebagai motif paling tua di Indonesia khususnya Jawa," kata Tundjung.

Diketahui, batik motif parang telah ada sejak tahun 1600 dan ini diakui oleh kalangan kerajaan.

Selain itu, motif parang juga menjadi simbol identitas busana raja dan keluarganya yang membedakan dengan kalangan masyarakat biasa.

"Jadi dalam tata peragulan di Jawa etika penggunaan simbol melalui busana itu dipakai konsep trep (bahasa Indonesianya pas/sesuai). Karena, motif parang itu dulunya memang simbolik dengan raja dan keluarga raja," jelas dia.

"Sehingga dalam konteks etika Jawa itu sebaiknya awam tidak menggunakan motif itu jika dia bukan raja atau keluarga raja," sambung Tundjung.

Hal ini diperkuat dengan adanya mitos buruk terkait pemakaian motif parang di acara pernikahan. 

Meskipun, mitos tersebut tak sejalan dengan filosofi motif parang itu sendiri.

"Lagipula ada mitos di Jawa apabila di dalam pernikahan seseorang memakai motif parang dalam acara pernikahan maka akan mendatangkan kesialan. Walaupun mitos itu berbanding terbalik dengan filosofi motif parang," tambah dia.

Lebih lanjut, Tundjung menjelaskan mengenai makna dari batik motif parang. 

Tundjung mangatakan, motif parang berasal dari kata pereng yang bermakna lereng atau tebing.

Motif parang ini menggambarkan garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal dan berkesinambungan.

Polanya menggambarkan ketangkasan dan kewaspadaan. Ada beberapa motif parang yang dinilai sakral, misalnya Parang Barong yang diciptakan oleh Sultan Agung.

"Intinya, pelarangan penggunaan batik motif parang dalam pernikahan itu menurut saya soal etika Jawa yang harus dipahami oleh masyarakat modern. Ini agar keagungan nilai batik sebagai warisan budaya tak benda tetap lestari," tutup Tundjung.

Baca Juga: Ditanya Soal Calon Mantu, Begini Kata Jokowi Soal Sosok Erina Gudono

(*)

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja