Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Bercakap dengan mereka sepanjang perjalanan membuatku mendapatkan gambaran bahwa mereka adalah benar ibu-ibu yang kuat.
Keseharian mereka, tak jarang, harus berhadapan dengan kondisi yang dapat membahayakan diri.
Tapi situasi itu tetap tak menyurutkan keberanian mereka karena masih banyak kehidupan yang bergantung padanya.
Dengan pekerjaan dan aktivitasnya, mereka juga ada yang harus berperan rangkap, sebagai ibu sekaligus bapak.
Mereka bekerja semata-mata untuk memenuhi tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Ada pula yang menjadi pencari nafkah tambahan dengan berbagai alasan atas keluarga yang mereka miliki.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Hari Ibu di Netflix, Cocok Ditonton Bareng Keluarga
Perlu diakui, mereka adalah sosok Ibu yang tangguh, tegar, dan sederet sifat maskulin yang beralih disandangnya.
Aku kemudian tertegun, merenung. Apakah salah jika Ibu lemah? Apakah memang Ibu tak boleh sakit?
Mengapa Ibu tak boleh lelah? Mengapa Ibu harus terus kuat? Apakah kata lelah, sakit, lemah harus dihapus dari “kamus” Ibu? Mengapa dihapus?