Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Parapuan.co - Menarik membaca status Whatsapp beberapa teman, juga percakapan dengan beberapa yang semua sudah menjadi Ibu.
Tema umumnya sama: Ibu tak boleh lelah, Ibu tak boleh sakit, Ibu harus kuat.
Jika pun Ibu sakit, maka hanya boleh sebentar saja. Sungguh hebat para Ibu ini.
Ibu memang sudah lama memberikan gambaran sebagai sosok yang kuat, meski label perempuan lemah itu masih tertanam kuat.
Sosok kekuatan dari seorang ibu ini semakin nampak ketika membaca berbagai kisah perempuan yang berperan sebagai ibu.
Yang mereka lalu bekerja untuk mendapatkan uang dengan memecah, memanggul batu di pelosok daerah di Indonesia.
Juga, kisah Ibu yang bekerja sebagai penambang emas untuk menambah penghasilan keluarga.
Baca Juga: Viral, Kisah Haru Ibu Mantan Istri Pejabat yang Kini Jadi Driver Ojol
Atau, yang mungkin sering terlihat di jalan raya perkotaan, Ibu yang menjadi penyapu jalanan.
Semakin banyak pula ditemukan perempuan, Ibu, menjadi supir taksi online.
Bercakap dengan mereka sepanjang perjalanan membuatku mendapatkan gambaran bahwa mereka adalah benar ibu-ibu yang kuat.
Keseharian mereka, tak jarang, harus berhadapan dengan kondisi yang dapat membahayakan diri.
Tapi situasi itu tetap tak menyurutkan keberanian mereka karena masih banyak kehidupan yang bergantung padanya.
Dengan pekerjaan dan aktivitasnya, mereka juga ada yang harus berperan rangkap, sebagai ibu sekaligus bapak.
Mereka bekerja semata-mata untuk memenuhi tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Ada pula yang menjadi pencari nafkah tambahan dengan berbagai alasan atas keluarga yang mereka miliki.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Hari Ibu di Netflix, Cocok Ditonton Bareng Keluarga
Perlu diakui, mereka adalah sosok Ibu yang tangguh, tegar, dan sederet sifat maskulin yang beralih disandangnya.
Aku kemudian tertegun, merenung. Apakah salah jika Ibu lemah? Apakah memang Ibu tak boleh sakit?
Mengapa Ibu tak boleh lelah? Mengapa Ibu harus terus kuat? Apakah kata lelah, sakit, lemah harus dihapus dari “kamus” Ibu? Mengapa dihapus?
Apakah ada manusia sempurna, sehingga Ibu perlu menjadi sempurna, bahkan melampaui kemampuannya?
Aku tahu sudah banyak Ibu yang berbuat demikian, menjadi kuat, begitu mandiri, dan menerjang batas kemampuannya.
Baca Juga: Jelang Hari Ibu, Ini 5 Tips Jaga Kesehatan Mental dari Burnout bagi Ibu Pekerja
Para Ibu yang menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Yang menjadi pencari nafkah tunggal, atau tambahan, atau yang melakukan keduanya.
Mereka tak menganggap itu semua sebagai keharusan, apalagi paksaan. Sebab, hanya cara itulah mereka bisa memastikan keluarganya terurus dengan baik.
Hal yang tak terelakkan adalah para Ibu ini jadi jarang sekali melihat, bahkan tak mengurus diri, karena saat sedikit saja waktu disisihkan, maka tanggung jawab yang lain menjadi terbengkalai.
“Roda keluarga berhenti berputar,” begitu kiasan yang umum terucap.
Padahal, Ibu dan posisinya, sama seperti manusia lain yang memiliki kebutuhan dasar sebagai manusia.
Mengabaikannya, menafikkannya untuk dipenuhi secara benar adalah keputusan yang tidak tepat. Namun, banyak Ibu yang memilih menampikkannya.
Yang mereka paham adalah mereka perlu tetap bergerak, mengerjakan, dan menyelesaikan sesuatu yang berarti bagi kelangsungan hidup keluarga yang ditanggung.
Sedikit keluh, banyak tindakan.
Keras, sulit, terik panas, hujan dingin, sakit, lelah, mereka kesampingkan hanya untuk memastikan bahwa hari itu dan seterusnya, orang-orang yang mereka sayangi tetap dapat hidup dengan layak, selayak ukuran mereka.
Ibu, sudah terlalu banyak beban yang kamu ambil, kamu tanggung.
Kamu lakukan dengan kesadaran diri maupun ketaksadaran yang mengharuskanmu.
Ibu, kamu adalah manusia biasa dengan segala kelebihan, yang kamu tunjukkan dan kelemahan, yang kamu singkirkan.
Yang kamu perlu tahu, Ibu, kamu perlu mengisi “tangki” dirimu terlebih dahulu dengan tepat.
Barulah kamu, dengan senang dan tulus hati, dapat memenuhi tangki-tangki di sekitar dirimu dalam wujud sosok orang-orang yang kamu sayang.
Kamu juga boleh mengakui bahwa dirimu adalah manusia yang memerlukan bantuan, dukungan dari sekelilingmu.
Yang terpenting, Ibu, kamu boleh lelah, boleh berjeda, boleh sakit, boleh beristirahat, boleh libur dari tugasmu.
Kamu bukan robot, apalagi manusia bertenaga mesin.
Kamu adalah manusia dengan segala hak yang dapat diperoleh, meski kewajibanmu belum tuntas kamu lakukan.
Kamu pun tak perlu membandingkan dirimu dengan Ibu yang lain, karena kamu dengan yang lain itu, tentu berbeda. Kamu spesial!
Kamu tahu Ibu, Hari Ibu adalah hari indah untukmu.
Aku tahu, kamu tak terlalu menganggapnya istimewa karena sudah terlalu larut, tenggelam dalam kesibukan harianmu.
Namun, kamu perlu tahu, Bu, kamu istimewa di hati orang-orang yang sudah kamu berusaha lindungi dan pastikan kelangsungan hidupnya.
Selamat Hari Ibu untukmu, Kawan Puan, para perempuan tangguh dalam roda kehidupan. (*)
@cerita_parapuan Selamat Hari Ibu! Kalau menurut kamu, Ibu yang baik itu yang seperti apa sih, Kawan Puan? #ceritaparapuan #hariibu #womenempowerment #fyp #fypシ ♬ As it was koploisme remix - ???????????????????? ???????? ????????