Selain itu, kekurangan gizi kronik juga dapat disebabkan karena kebutuhan gizi yang meningkat akibat sering sakit.
Penyakit ini dikategorikan pada higenitas seperti diare karena sanitasi yang buruk, penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti TBC, hingga bayi berat lahir rendah (BBLR) atau lahir prematur, alergi makanan, hingga kelalinan metabolisme bawaan.
Kekurangan gizi ini menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak normal.
"Stunting dimulai ketika anak mengalami kekurangan gizi dan gizi buruk secara kronik.
"Kekurangan gizi menyebabkan kenaikan BB (berat badan) yang tidak adekuat. Jika dibiarkan akan menjadi underwight lalu menyebabkan gizi kurang dan gizi buruk," jelas Prof. Damayanti.
Peningkatan berat badan yang adekuat sesuai usia, berdasarkan Nelson Texbook of Pediatrics 2018, sebagai berikut:
- 0-3 bulan: 25-30 gram/hari atau 750 gram/bulan
- 4-6 bulan: 20 gram/hari atau 600 gram/bulan
- 7-9 bulan: 15 gram/hari atau 450 gram/bulan
- 10-12: 12 gram/hari atau 360 gram/bulan
- 1-3 tahun: 8 gram/hari atau 240 gram/bulan
- 4-6 tahun: 6 gram/hari atau 180 gram/bulan
Kenaikan berat badan pada anak yang kurang dari standar usianya bisa membuat si kecil mengalami kondisi yang disebut weight faltering.
Jika berat badan anak kurang dari yang seharusnya, ini dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga anak mudah terserang penyakit, sulit makan, hingga kemudian mengalami gizi buruk.
Hal ini nantinya akan memengaruhi pembentukan hormon pertumbuhan pada anak.
"Jika hormon pertumbuhan berkurang, pertumbuhan tinggi badan juga akan berhenti. Jika tidak segera diatasi, anak akan mengalami stunting," terangnya.
Baca Juga: 1 dari 5 Anak Indonesia Alami Stunting, Apa Penyebab Kekurangan Gizi?
(*)