Parapuan.co - Isu terkait pernikahan anak kini kembali marak di masyarakat.
Penyebab pernikahan anak juga beragam, termasuk kehamilan.
Seperti halnya di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, sebanyak 77 anak terpaksa harus melakukan pernikahan anak.
Di antara 77 anak yang melakukan pernikahan anak itu, 21-nya hamil.
Kasus pernikahan dini ini terjadi di 23 kecamatan di Kabupaten Wonogiri.
Sementara untuk jenjang pendidikan ada sembilan anak SD, 47 anak SMP, 16 anak SMA, dan dua anak tidak sekolah.
Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh Joko Sutopo, Bupati Wonogiri.
Dalam penuturannya, Joko Sutopo menyebut ada berbagai fakor yang menyebabkan pernikahan anak.
Di antaranya adalah anak hidup jauh dari orang tua hingga pengaruh kemajuan teknologi.
Baca Juga: Pernikahan Anak di Bawah Umur Tingkatkan Risiko Stunting, Mengapa?
"Data kami tidak hanya terjadi pada anak yang ditinggal merantau saja. Saya melihat ada pergeseran sosial berkaitan dengan modernisasi adanya kemajuan IT. Dampaknya luar biasa. Dan bisa menyapa siapapun," kata Bupati Wonogiri yang akrab disapa Jekek dikutip dari Kompas.com,
Sabtu, (28/1/2023).
Ia juga menyebut bahwa 77 anak yang menikah dini, 21 di antaranya dalam kondisi hamil.
Sementara sisanya dipicu oleh faktor ekonomi dan budaya.
Risiko Pernikahan Anak di Bawah Umur
Di sisi lain, pernikahan anak dapat menimbulkan berbagai macam risiko.
Lebih parahnya, angka pernikahan anak yang terus meningkat dapat memperpanjang rantai kemiskinan hingga stunting.
Pernikahan anak juga berisiko kematian hingga angka perceraian yang tinggi.
"Kalau dua-duanya belum siap maka berat itu. Angka perceraian cukup tinggi karena anak ketemu anak. Mentalnya kan, belum siap," tambah Jekek.
Baca Juga: Peran Orangtua dalam Mencegah Pernikahan Dini, Begini Pendapat Ahli
Meski demikian, dibandingkan dengan Wilayah Jawa Tengah yang lain Kabupaten Wonogiri memiliki angka pernikahan anak rendah.
Namun, kondisi ini tetap menjadi masalah serius bagi Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
Penyebab Pernikahan Dini di Kabupaten Wonogiri
Disebutkan bahwa 77 anak yang melakukan pernikahan dini lantaran modernisasi yang salah kaprah.
Di sisi lain, ada pula wilayah yang memiliki budaya menikahkan anak secara dini.
Sementara untuk kasus anak hamil, kondisi ini dipicu oleh dampak modernisasi yang menyimpang termasuk seks bebas.
Remaja yang belum mendapatkan edukasi terkait seks memiliki keinginan untuk mencoba tanpa tahu apa risikonya.
Jekek juga menjelaskan bahwa pernikahan dini bukan hanya menimpa anak yang hidup jauh dari orang tuanya.
Melainkan, pernikahan dini sudah merata dari berbagai latar belakang keluarga.
Baca Juga: Bintangi Film Yuni, Boah Sartika Merasa Isu Perempuan Daerah Terwakilkan
(*)