Hingga tahun 2022, Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, menunjukkan prevalensi balita stunting berhasil ditekan hingga 21,6% turun dari tahun sebelumnya 24,4%.
Adapun untuk mengejar ambisi pemerintah menekan angka stunting hingga 14% pada 2024, intervensi dari gotong royong multi-sektor berperan penting.
Penekanan stunting melalui penerapan konsumsi gizi seimbang berkaitan erat untuk meningkatkan perkembangan baik generasi emas dengan kualitas sumber daya manusia yang unggul menuju visi Indonesia Emas 2045.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia masih memiliki tiga beban masalah gizi yang dapat menghambat pembangunan kesehatan dan kualitas masyarakat.
Tiga beban ini adalah kekurangan gizi makro seperti protein dan air, kekurangan gizi mikro yang mencakup asupan vitamin dan mineral, serta kelebihan gizi.
Selain itu, malnutrisi pada ibu hamil dan balita, serta pola makan yang tidak sehat juga menjadi faktor risiko penyakit dan dapat mempengaruhi capaian pembangunan kesehatan ke depan.
"Oleh karena itu, kami dengan gencar menyosialisasikan Pedoman Gizi Seimbang Isi Piringku untuk menghidangkan makanan dengan gizi berimbang di rumah," katanya.
Pada peringatan Hari Gizi Nasional 2023, Kementerian Kesehatan mengangkat tema "Cegah Stunting dengan Protein Hewani", yang juga penting untuk menekan angka stunting.
Sebagai salah satu langkah utama dalam mencegah angka stunting, pihak Budi Gunardi juga membagi 300 ribu Antropometri atau alat pengukur berat dan tinggi bayi berstandar nasional ke posyandu.
Baca Juga: Ibu Wajib Tahu 5 Cara Mencegah Stunting yang Efektif, Apa Saja?