Parapuan.co - Diabtes adalah salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat di dunia.
Penyakit yang satu ini bisa jadi berbahaya dan menyebabkan komplikasi jika tak segera diobati.
Diabetes dikenal sebagai salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan kadar gula dalam darah serta dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia.
Ini adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak merespons insulin yang diproduksi.
Kontrol gula darah adalah salah satu bagian terpenting dari pengobatan diabetes tipe 2.
Meskipun mungkin dapat mengobati kondisi tersebut pada awalnya dengan pengobatan oral dan perubahan gaya hidup, seperti olahraga dan penurunan berat badan, kebanyakan penderita diabetes tipe 2 pada akhirnya perlu mengonsumsi insulin melalui suntikan.
“Ada beberapa skenario di mana pengobatan insulin harus dimulai, termasuk pada pasien dengan hiperglikemia signifikan yang bergejala,” jelas Alaleh Mazhari, DO , profesor endokrinologi di Loyola Medicine di Maywood, Illinois, seperti dikutip dari Everyday Health.
"Dalam kasus ini, kebutuhan akan insulin mungkin bersifat jangka pendek. Situasi lain termasuk pasien yang menggunakan obat diabetes multipel dengan diabetes yang tidak terkontrol, dan diabetes yang tidak terkontrol dalam kehamilan, untuk beberapa nama," tambahnya.
Apakah Penderita Diabetes Tipe 2 Harus Menggunakan Insulin?
Baca Juga: Penderita Diabetes Rentan Alami Kaki Diabteik, Dokter Ungkap Perawatan Luka yang Tepat
Inilah yang perlu Kawan Puan ketahui tentang mengonsumsi insulin dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Insulin untuk Kontrol Gula Darah Jangka Pendek
Dokter menggunakan tes darah yang disebut tes hemoglobin A1C untuk mengukur kontrol gula darah rata-rata selama periode dua hingga tiga bulan.
Target pengobatan untuk kebanyakan penderita diabetes adalah A1C 7 persen atau kurang; mereka dengan tingkat yang lebih tinggi mungkin memerlukan rencana pengobatan yang lebih intensif.
"The American Association of Clinical Endocrinologists merekomendasikan memulai seseorang dengan diabetes tipe 2 pada insulin jika A1C mereka di atas 9 persen dan mereka memiliki gejala," kata Mazhari.
Gejala diabetes tipe 2 antara lain haus, lapar, sering buang air kecil, dan penurunan berat badan.
Penelitian yang dipublikasikan pada Februari 2013 dalam jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology mengulas beberapa penelitian yang berfokus pada penggunaan sementara insulin untuk memulihkan kontrol gula pada penderita diabetes tipe 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi insulin intensif jangka pendek (IIT) selama dua hingga lima minggu dapat menginduksi remisi pada pasien yang berada di awal perjalanan diabetes tipe 2. Pada tiga bulan setelah menghentikan IIT, 66 persen pasien masih dalam remisi, dan pada enam bulan, 59 persen masih dalam remisi.
Baca Juga: 18 Tahun Mengidap Diabetes, Suti Karno Putuskan Amputasi Kaki
Insulin untuk Kontrol Gula Darah Jangka Panjang
"Setelah 10 sampai 20 tahun, hampir semua pasien diabetes tipe 2 membutuhkan insulin," terang Mazhari.
"Begitu mereka kehilangan sebagian besar sel di pankreas yang membuat insulin, tidak ada obat diabetes lain yang dapat membantu. Mereka mungkin telah menggunakan satu, dua, atau tiga obat diabetes , tetapi A1C mereka tidak lagi dapat disimpan dalam kisaran yang aman," imbuhnya.
Beralih dari berbagai obat diabetes ke insulin dapat merampingkan upayamu.
Diabetes tipe 2 adalah penyakit progresif, sehingga rencana pengobatan akan berubah. Ketika tidak mungkin untuk memenuhi tujuan pengendalian gula darah dengan perubahan gaya hidup atau obat lain, insulin adalah langkah selanjutnya.
Perubahan tersebut dapat memiliki keuntungan, terutama bagi pasien yang telah menjalani rejimen rumit dari tiga atau empat obat, dengan banyak efek samping. Beralih ke insulin sebenarnya bisa jauh lebih baik.
Beralih ke Insulin
Melakukan transisi jauh lebih mudah daripada sebelumnya karena sebagian besar pasien memulai dengan insulin kerja panjang yang tidak perlu dicocokkan dengan asupan makanan.
Pena insulin yang dimuat sebelumnya menggantikan insulin yang perlu dimasukkan ke dalam jarum suntik. Pasien mungkin masih khawatir untuk menyuntik dirinya sendiri, tetapi karena jarumnya sangat kecil, penyesuaian seringkali cepat.
Baca Juga: Mengenal Istilah 3P, Gejala Klasik Diabetes yang Penting untuk Diketahui
Toujeo dan Lantus adalah bentuk insulin kerja panjang yang tersedia dalam pena suntik yang sudah diisi sebelumnya.
Ada juga jenis insulin kerja cepat, Afrezza, yang dapat dihirup melalui mulut melalui penghirup.
Dan kelas obat baru yang disebut inhibitor sodium-glucose cotransporter 2 (SGLT2) juga tersedia sekarang, menurut Mazhari. "Ini bekerja melalui jalur berbeda yang tidak bergantung pada pankreas, menawarkan opsi terapi medis lain untuk pasien diabetes tipe 2," ujarnya.
Kunci transisi yang mudah ke insulin adalah pendidikan.
“Pasien perlu mengetahui cara mengonsumsi insulin dengan benar karena ada banyak formulasi di pasaran, termasuk insulin kerja pendek dan panjang serta campuran awal,” jelas Mazhari.
"Sebagian besar dapat dimulai dengan insulin kerja panjang sekali sehari, meskipun untuk beberapa pasien insulin kerja pendek atau waktu makan mungkin diperlukan juga. Dosis insulin perlu disesuaikan lebih lanjut tergantung pada pembacaan gula darah," pungkasnya.
Untuk bisa melakukan suntik insulin bagi kesehatan, Kawan Puan pun memerlukan jarum suntik yang baik.
Guna lebih memperluas jangkauan distribusi produk alat kesehatan (alkes) ke seluruh wilayah Indonesia, produsen jarum suntik PT Oneject Indonesia (OJI) dan PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) menandatangani kesepakatan kerjasama antara PT Oneject Indonesia dan PT Itama Ranoraya Tbk dengan PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT).
Penandatanganan kerjasama bertajuk “Kolaborasi untuk Indonesia Sehat” dilakukan di Jakarta, pada Jumat (27/1) oleh Jahja Tear Tjahjana selaku Direktur Utama PT Oneject Indonesia (OJI), Heru Firdausi Syarif sebagai Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) dan Jos Iwan Atmadjaja selaku Presiden Direktur PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT).
Baca Juga: Selain Diabetes, Ini 5 Bahaya Konsumsi Gula Berlebih pada Kesehatan Tubuh
“Kerjasama distribusi yang disepakati diharapkan dapat meningkatkan kemudahan akses bagi para tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh pelosok di Indonesia. Untuk itu kami optimistik melalui pemanfaatan jalur distribusi yang dimiliki oleh EPMT, produk alat suntik OJI menjadi lebih mudah lagi dimanfaatkan seluruh masyarakat Indonesia,” jelas Jahja, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.
Dengan demikian masyarakat yang membutuhkan akses untuk mendapatkan produk jarum suntik pintar (smart syringe) yang aman, berkualitas, dan diakui di dunia internasional akan segera dapat terpenuhi. Kami berharap perluasan pasar OJI melalui kerjasama ini, akan menjangkau seluruh lokasi strategis, terutama di wilayah atau daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) dengan seluruh aspek yang terdapat di Indonesia.
Jahja menekankan, “Kerjasama strategis dengan EPMT ini akan berupaya membuka kunci-kunci dari jalur distribusi, sehingga secara bertahap juga pada akhirnya akan mampu meningkatkan produksi jarum suntik yang dihasilkan OJI, seiring dengan pemenuhan permintaan pasar yang semakin luas.”
Di sisi lain tim riset dan pengembangan OJI juga berpotensi untuk senantiasa menambah baik cakupan, inovasi maupun teknologi yang mampu memenuhi permintaan pasar di era digital saat ini, sehingga berbagai adaptasi produk terus dilakukan sejalan dengan kemampuan distribusi EPMT yang unggul.
Heru Firdausi dalam kesempatan menyampaikan harapannya, mengemukakan kerjasama ini pasti segera dirasakan manfaatnya oleh sejumlah pihak, baik dari para pengguna produk OJI yakni aparat tenaga kesehatan di lapangan, termasuk juga masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan, juga dapat segera terpenuhi hak-haknya melalui jaminan produk alat suntik yang nyaman dan terpercaya.
“Bahkan dalam jangka menengah dan jangka panjang, kami percaya perluasan pasar produk OJI akan berpotensi membangun branding dan juga kepercayaan masyarakat terhadap bangkitnya kemampuan produk dalam negeri yang dapat diandalkan, termasuk dalam aspek penguasaan dan penyerapan teknologinya,” ulas Heru.
Jos Iwan Atmadjaja dalam kesempatan yang sama mengemukakan Kompetensi OJI selaku produsen terkemuka jarum suntik berteknologi tinggi yang telah diakui di dunia, reputasi produknya dibuktikan oleh organisasi dunia Unicef (United Nations International Children’s Emergency Fund). “Kami bangga dapat menjadi bagian dari sistem distribusi dan mata rantai dari produk berkualitas tinggi,” terangnya.
”Untuk itu sinergi menjadi kata kunci kolaborasi tiga pihak antara EPMT, OJI dan IRRA dalam menjalin kerjasama ke depan, sehingga masing-masing tetap optimis, setiap upaya yang dilakukan untuk melayani masyarakat dengan lebih baik, akan dapat menghasilkan efek positif terhadap kinerja masing-masing perusahaan yang terlibat dalam kerjasama ini,” ujar Jos Iwan Atmadjaja.
Baik Jahja maupun Heru sepakat, kredibilitas EPMT telah membuktikan, bahwa kerjasama yang solid antar perusahaan, akan mampu mendistribusikan produk-produk OJI sesuai harapan semua pihak. Terutama dalam upaya memenuhi harapan pemerintah, guna meningkatkan lebih besar lagi serapan produk alat kesehatan dari dalam negeri.
Bicara tentang penetrasi pasar, Heru menyampaikan harapannya, kerjasama ini bertujuan memperluas pasar ritel di dalam negeri, sambil mengisi pangsa yang masih terbuka di seluruh penjuru Nusantara. Dengan demikian OJI yang sudah mendominasi pasar jarum suntik di Indonesia, akan terus konsisten memperluas pangsa ekspor sejalan dengan upaya peningkatan demand di pasar ekspor yang kian signifikan.
Baca Juga: Hindari Diabetes, Ini Cara Cek Informasi Nilai Gizi pada Produk Pangan Olahan
(*)