Gitasav Singgung Soal Stunting, Kenali Ini Tanda Sunting yang Perlu Diwaspadai

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 10 Februari 2023
Gita Savitri Devi alias Gitasav komentar soal stunting
Gita Savitri Devi alias Gitasav komentar soal stunting (Instagram/gitasav)

Parapuan.co - Belakangan nama Gita Savitri Devi (Gitasav) tengah ramai jadi perbincangan publik.

Komentarnya terkait tidak punya anak bisa jadi anti-aging pun menuai pro dan kontra.

Mulai banyak perdebatan yang muncul dari pernyataan Gita tersebut.

Kini penulis sekaligus YouTuber yang satu ini kembali mencuri perhatian karena komentarnya.

Gitasav sempat menyinggung soal stunting pada komentarnya ke netizen.

"Gw bacot-bacot point yang lo dapet adalah 'Gita emang merasa paling bener' ya sis? Dulu lo stunting kali ya makanya agak lamban," tulis Gitasav di kolom komentarnya.

"Ni lagi orang stunting nambah satu. Freak," komentarnya pada netizen lain.

Komentar Gitasav soal stunting tersebut pun cukup mencuri perhatikan dan keprihatinan dari Anji.

Melalui Twitternya, Anji mengungkapkan bahwa dirinya merasa tak enak melihat komentar tersebut.

Baca Juga: Ahli Gizi Ungkap Pentingnya Perempuan Cegah Potensi Stunting dari Remaja

"Saya rasa pilihan gitasav mau punya anak atau enggak sih terserah dia. Asal gak saling memaksakan pilihan.
Tapi komen dia tentang stunting ini lebih membuat gundah perasaan saya.

"Nyesel juga buka trending. Jadi punya perasaan gak enak pagi ini.. :(," cuit Anji lewat akunnya @duniamanji.

Lalu apa itu sebenarnya stunting dan seperti apa ciri atau tanda anak yang mengalami stunting?

Berdasarkan penjelasan WHO seperti dikutip via Kemenkes, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tidak memadai.

Stunting adalah kondisi medis di mana seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Dalam arti lain, tubuh anak itu tidak dapat mencapai ketinggian yang layak seperti anak lain pada usia yang sama.

Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak yang berada di bawah standar.

Kondisi stunting ini dipicu oleh gizi buruk atau yang dikenal sebagai malnutrisi.

Baca Juga: Hari Gizi Nasional, Royco Perkuat Dukungan untuk Tekan Angka Stunting di Indonesia

Anak stunting tidak memiliki pertumbuhan yang normal dibandingkan dengan anak lainnya pula, di sisi lain kekebalan tubuh lemah dan terdapat gangguan fungsi otak.

Akibatnya anak stunting tidak dapat memiliki kehidupann normal seperti sekolah atau bermain laykanya anak seumuran lainnya.

Kondisi stunting atau gagal tumbuh pada anak sangat terkait dengan gizi penduduk yang buruk dalam periode cukup panjang.

Tanpa penanganan serius akan semakin banyak penduduk yang dewasa dan menua dengan perkembangan kemampuan kognitif yang lambat, mudah sakit dan kurang produktif.

Ada tiga penyebab utama dari stunting yakni kebiasaan makan yang buruk, nutrisi ibu buruk, dan sanitasi tidak memadai.

Dalam rangka Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap 25 Januari,  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah melaksanakan seminar media yang mengangkat tema “Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia” pada Selasa (24/1/20223) lalu.

Dalam kesematan ini, Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif, PhD., SpA(K)., menjelaskan mengenai stunting dan kekurangan gizi.

Anak yang dikatakan stunting adalah balita dengan perawakan pendek menurut tinggi badan berdasarkan usianya di bawah 2 standar deviasi.

Prof. Damayanti juga mengungkapkan bahwa penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronik atau kekurangan gizi yang berulang.

Baca Juga: Dokter Spesialis Gizi Berikan Tips Memutus Rantai Stunting di Indonesia

Anak yang stunting biasanya mendapatkan asupan gizi yang tidak adekuat. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya kemiskinan, penelantaran, dan ketidaktahuan.

Berikut ini beberapa hal yang bisa jadi penyebab stunting:

  • Gizi yang buruk
  • Kebersihan yang buruk
  • Infeksi
  • Kekurangan air bersih
  • Kurangnya perawatan kesehatan pada ibu dan anak.

Sebagai catatan, biasanya keluarga yang status ekonominya rendah tidak mampu membeli fasilitas kesehatan dan makanan untuk ibu dan anak.

Keluarga-keluarga ini memiliki pendapatan minimum dan mereka tidak mampu memberikan perawatan yang tepat kepada anak.

Jika ibu kekurangan gizi, kemungkinan besar anak akan mengalami pertumbuhan yang terhambat.

Jika hal ini dibiarkan, anak-anak tentu tumbuh dengan tidak maksimal dan tentu akan banyak risiko mengancamnya.

Untuk itu, dibutuhkan pencegahan yang masif dan berkelanjutan agar stunting bisa dikurangi.

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru