Termasuk Kanker Langka, Dokter Ungkap Gejala Limfoma Hodgkin

Maharani Kusuma Daruwati - Kamis, 23 Februari 2023
limfoma hodgkin paling sering bermula dari kelenjar getah bening yang terdapat di tubuh bagian atas, misalnya pada bagian dada, leher, atau bagian bawah ketiak.
limfoma hodgkin paling sering bermula dari kelenjar getah bening yang terdapat di tubuh bagian atas, misalnya pada bagian dada, leher, atau bagian bawah ketiak. Freepik

- Kelelahan yang luar biasa (Fatigue)

- Mengalami intoleransi terhadap alkohol.

Penyebab dan Faktor Risiko Limfoma Hodgkin

Menurut penjelasan dr. Andhika, sebagian besar pasien yang terdiagnosis Limfoma Hodgkin terdapat pada rentang usia 15-30 tahun dan usia di atas 55 tahun.

dr. Andhika juga menjelaskan bahwa sebagian besar penderita limfoma hodgkin adalah laki-laki. berikut ini beberapa hal yang bisa jadi penyebab dan faktor risikonya.

1. Paparan virus seperti virus Epstein-Barr atau HIV

2. Faktor genetik atau sejarah keluarga

3. Sistem kekebalan tubuh yang melemah

4. Merokok

Baca Juga: Stamina Belum Pulih, Ari Lasso Justru Rasakan Perubahan Ini di Tubuhnya

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan Limfoma Hodgkin diantaranya adalah kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.

Sebanyak 20% pasien Hodgkin Limfoma yang sudah pernah mendapatkan pengobatan lini pertama masih memiliki kemungkinan kambuh.

Para pasien kambuh ini membutuhkan pengobatan lini kedua yang sesuai untuk kondisi mereka, akan tetapi akses terhadap obat-obatan inovatif yang mereka butuhkan masih terbatas, dan tingkat keterjangkauan juga masih rendah.

“Baru-baru ini pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di mana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkah, terutama untuk para pasien yang memiliki kekambuhan,” terang dr. Andhika.

Dari sisi akses pengobatan, berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) negara dengan pendapatan nasional yang lebih rendah memiliki ketersediaan obat anti-kanker yang lebih rendah, termasuk terapi target.

Hal ini menimbulkan perbedaan pada angka harapan hidup pasien kanker di berbagai negara.

Berbagai strategi dapat diterapkan oleh pemangku kepentingan untuk meningkatkan akses terhadap obat kanker, salah satunya dengan menyediakan program bantuan pasien.

Diskusi media bertajuk “Limfoma Hodgkin: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Untuk Limfoma Hodgkin”, Kamis (23/2/2023).
Diskusi media bertajuk “Limfoma Hodgkin: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Untuk Limfoma Hodgkin”, Kamis (23/2/2023). PARAPUAN/Maharani

“Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap pengobatan inovatif, salah satunya dengan membuka akses secara luas melalui program Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Patient Assistance Program kami yaitu Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses),” ungkap Andreas Gutknecht, General Manager PT. Takeda Indonesia. 

Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses) merupakan program yang memudahkan pasien mendapatkan akses pengobatan inovatif bagi pasien yang memenuhi syarat medis dan finansial, sehingga mereka menyelesaikan program perawatan yang dibutuhkan, salah satunya adalah Hodgkin Lymphoma.

Program ini telah diimplementasikan di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek YKI dan beberapa rumah sakit di Indonesia.

Baca Juga: Pasca Sembuh dari Kanker Limfoma, Begini Kondisi Terkini Ari Lasso

(*)



REKOMENDASI HARI INI

3 Tips Manfaatkan Uang Pesangon PHK Jadi Modal untuk Wirausaha