Parapuan.co - Limfoma Hodgkin merupakan sejenis limfoma atau kanker pada sistem limfatik yang menjadi bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kelenjar getah bening, yang merupakan kumpulan jaringan dan organ yang membantu tubuh menyerang infeksi dan penyakit.
Kanker yang satu ini merupakan salah satu kanker langka namun harus tetap diwaspadai.
Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.188 kasus Limfoma Hodgkin di Indonesia.
Dalam rangka peringatan Hari Kanker Sedunia 2023, PT. Takeda Indonesia bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia mengadakan diskusi media bertajuk “Limfoma Hodgkin: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Untuk Limfoma Hodgkin”, guna meningkatkan kesadaran mengenai Limfoma Hodgkin, tema ini sesuai dengan tema besar Hari Kanker Dunia “Closing the Gap in Cancer Care”.
“Dalam rangka Hari Kanker Dunia 2023 ini, Yayasan Kanker Indonesia menyampaikan pentingnya pemangku kepentingan dan masyarakat bergandeng tangan dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker, mengatasi kesenjangan perawatan kanker dan mendorong pencegahan kanker, termasuk pada kesempatan ini kanker Limfoma Hodgkin,” ucap Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, Kamis (23/2/2023).
“Melihat pentingnya kesadaran masyarakat akan beragam jenis kanker yang dapat mengintai siapapun, Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi kolaborasi dengan PT Takeda Indonesia sehingga kita dapat lebih mengetahui tentang kanker Limfoma Hodgkin, faktor risiko, pencegahan dan modalitas perawatannya,” ujar Prof. Aru.
Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM, yang merupakan Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, turut menjelaskan mengenai berbagai gejala dan penyebab terjadinya Limfoma Hodgkin.
Baca Juga: Ari Lasso Cerita Kemoterapi Kanker Limfoma hingga 6 Kali, Begini Prosedurnya
Gejala limfoma hodgkin pun terbagi menjadi dua, yaitu B symptoms dan gejala lainnya.
“Pada umumnya gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha, yang dapat disertai B symptoms dan gejala lain,” jelas dr. Andhika Rachman.
B Symptoms
- Demam lebih dari 38 derajat C (terutama pada sore hari)
- Berkeringat pada malam hari
- Penurunan bobot badan lebih dari 10% bobot badan selama 6 bulan.
Gejala Lainnya
- Kulit gatal-gatal (Pruritus)
Baca Juga: Kenali 3 Jenis Kanker yang Ternyata Berpotensi Dialami oleh ODHA
- Kelelahan yang luar biasa (Fatigue)
- Mengalami intoleransi terhadap alkohol.
Penyebab dan Faktor Risiko Limfoma Hodgkin
Menurut penjelasan dr. Andhika, sebagian besar pasien yang terdiagnosis Limfoma Hodgkin terdapat pada rentang usia 15-30 tahun dan usia di atas 55 tahun.
dr. Andhika juga menjelaskan bahwa sebagian besar penderita limfoma hodgkin adalah laki-laki. berikut ini beberapa hal yang bisa jadi penyebab dan faktor risikonya.
1. Paparan virus seperti virus Epstein-Barr atau HIV
2. Faktor genetik atau sejarah keluarga
3. Sistem kekebalan tubuh yang melemah
4. Merokok
Baca Juga: Stamina Belum Pulih, Ari Lasso Justru Rasakan Perubahan Ini di Tubuhnya
Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan Limfoma Hodgkin diantaranya adalah kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi.
Sebanyak 20% pasien Hodgkin Limfoma yang sudah pernah mendapatkan pengobatan lini pertama masih memiliki kemungkinan kambuh.
Para pasien kambuh ini membutuhkan pengobatan lini kedua yang sesuai untuk kondisi mereka, akan tetapi akses terhadap obat-obatan inovatif yang mereka butuhkan masih terbatas, dan tingkat keterjangkauan juga masih rendah.
“Baru-baru ini pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di mana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkah, terutama untuk para pasien yang memiliki kekambuhan,” terang dr. Andhika.
Dari sisi akses pengobatan, berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) negara dengan pendapatan nasional yang lebih rendah memiliki ketersediaan obat anti-kanker yang lebih rendah, termasuk terapi target.
Hal ini menimbulkan perbedaan pada angka harapan hidup pasien kanker di berbagai negara.
Berbagai strategi dapat diterapkan oleh pemangku kepentingan untuk meningkatkan akses terhadap obat kanker, salah satunya dengan menyediakan program bantuan pasien.
“Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap pengobatan inovatif, salah satunya dengan membuka akses secara luas melalui program Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Patient Assistance Program kami yaitu Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses),” ungkap Andreas Gutknecht, General Manager PT. Takeda Indonesia.
Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses) merupakan program yang memudahkan pasien mendapatkan akses pengobatan inovatif bagi pasien yang memenuhi syarat medis dan finansial, sehingga mereka menyelesaikan program perawatan yang dibutuhkan, salah satunya adalah Hodgkin Lymphoma.
Program ini telah diimplementasikan di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek YKI dan beberapa rumah sakit di Indonesia.
Baca Juga: Pasca Sembuh dari Kanker Limfoma, Begini Kondisi Terkini Ari Lasso
(*)