Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, semangat perjuangan Sofia WD dan sang suami muncul.
Beberapa lama setelahnya, Sofia bergabung dalam barisan propaganda di Bandung.
Sekitar 9 bulan pascakemerdekaan Indonesia, Kolonel Zulkifli Lubis yang merupakan seorang intel mendirikan Field Preparation (unit khusus intelijen).
Eddy dan Sofia pun mendaftarkan diri dan diterima. Di situ Sofia WD diberi pangkat sersan mayor dan ditugaskan di Purwakarta, Jawa Barat.
Pada 21 Juli 1947 saat Agresi Militer Belanda I, Sofia dan Eddy mengamankan diri ke Garut (Jawa Barat) dan harus berpisah.
Semua berjalan mulus pada awalnya, sampai ketika Sofia mendengar suaminya diculik dan dibunuh.
Kesedihan karena kematian sang suami membuat Sofi memutuskan mundur dari dunia militer dan kembali ke Bandung.
Di kampung halamannya, Sofia menyamar menjadi istri tukang minyak dan membuka warung nasi.
Suatu hari, ada kru pementasan sandiwara yang datang ke warung tempat Sofia bekerja dan makan di sana selama pentas di Bandung berlangsung.
Baca Juga: HUT TNI ke-76, Kata Panglima Soal Prospek Karier Perempuan di Militer