Parapuan.co - Fenomena curahan hati (curhat) di media sosial tak dipungkiri mengundang berbagai pro dan kontra warganet.
Misalnya saja ada yang curhat mengenai kekerasan dalam pacaran atau dating violence di media sosial Twitter.
Memang berbicara via media sosial itu jadi cara yang sering dilakukan banyak orang untuk mencurahkan hati.
Namun, apakah speak up di media sosial jadi langkah yang tepat untuk keluar dari dating violence?
Mengenai fenomena curhat di media sosial, psikolog Tara Adhisti pun memberikan tanggapannya.
Dalam konferensi pers kampanye 'Uncover Your Stories' dari Rollover Reaction, di Atsiri, Sarinah (17/03/2023), Tara pun memberikan tanggapannya.
"Sebetulnya lakukan apapun yang bisa kita lakukan (untuk speak up)," terang Tara.
Bahkan berbicara di media sosial juga menurutnya jadi salah satu cara untuk speak up mengenai kondisi diri.
Walaupun begitu, Tara menyatakan kalau kita semua tidak bisa mengendalikan berbagai tanggapan warganet di media sosial.
Baca Juga: Cyberbullying: Bahagia dan Sedih Tetap Dicerca, Harus Stop Bermedsos?
Sebab, Tara menyatakan kalau ada juga yang justru merundung korban dating violence di media sosial.
"Ketika ada orang yang cerita mengalami kekerasan malah sesama perempuan yang juga mem-bully," ujar Tara.
Lantas apa yang harus dilakukan korban dating violence?
"Menurut saya langkah yang pertama adalah mencari orang yang teraman," saran Tara.
Korban dating violence bisa bercerita mengenai kondisi yang ia alami misalnya ke keluarga, sahabat, maupun minta bantuan profesional.
Jadi menurutnya lakukan apa saja yang membuat korban kekerasan dalam pacaran jadi nyaman.
Ia menambahkan kalau curhat di media sosial belum tentu warganet mengetahui kondisi yang sebenarnya dialami.
Sehingga pada akhirnya justru terjadi perundungan pada korban dating violence.
Oleh sebab itu, alangkah baiknya curhatlah kepada orang yang tepat.
Baca Juga: Bahaya, Ini Dampak Jangka Panjang bagi Anak yang Menyaksikan KDRT
(*)