Proses Menjadi Sastrawan seperti Sosok Mendiang Sapardi Djoko Damono

Arintha Widya - Senin, 20 Maret 2023
Proses Menjadi Sastrawan seperti Sosok Sapardi Djoko Damono.
Proses Menjadi Sastrawan seperti Sosok Sapardi Djoko Damono.

Parapuan.co - Hari Senin (20/3/2023), Google Doodle menampilkan mendiang Sapardi Djoko Damono.

Pasalnya, jika Sapardi Djoko Damono masih hidup, 23 Maret ini bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-83.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada 19 Juli 2020 lalu karena sakit.

Semasa hidupnya, sastrawan kenamaan asal Solo ini dikenal telah banyak menelurkan karya berupa puisi, cerpen, hingga novel.

Salah satu karya fenomenal miliknya adalah puisi Hujan Bulan Juni yang sudah dimusikalisasi, dibuat jadi novel, dan difilmkan.

Di dunia sastra Indonesia, kiprah Sapardi terbilang cemerlang karena ia masih eksis mencipta karya hingga akhir hayatnya.

Barangkali, eksistensinya menginspirasi banyak sastrawan muda, semisal M. Aan Mansyur hingga Bernard Batubara.

Bagi Kawan Puan yang juga bercita-cita menjadi seorang sastrawan seperti Sapardi Djoko Damono, prosesnya mungkin tidak mudah.

Akan tetapi, kamu bisa memulai proses menjadi sastrawan berdasarkan tips dari Ahmad Tohari, penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk, berikut ini: 

Baca Juga: Feminis dan Penulis Asal Mesir, Nawal El Sadawi, Meninggal Dunia

Proses Menjadi Sastrawan Menurut Ahmad Tohari

Mengutip Tribunnews.com, Ahmad Tohari pernah mengungkapkan bahwa semua orang bisa menjadi sastrawan.

Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Peluncuran Majalah Sastra Soeket Teki di UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah pada 2018 lalu.

Ahmad Tohari pun menjabarkan seperti apa proses yang harus dilalui apabila seseorang ingin menjadi sastrawan.

Pertama, kamu harus menyadari bahwa sastra itu penting untuk bangsa, peradaban, dan kehidupan sosial.

"Berproses itu dimulai dari mana? Dimulai dari menyadari bahwa sastra itu penting. Penting untuk bangsa, peradaban, dan kehidupan sosial," terangnya.

Kedua, mulailah membaca. Ahmad Tohari percaya bahwa penulis (sastrawan) baik adalah seorang pembaca yang baik pula. 

Proses ketiga, yaitu menambah bacaan, berdiskusi, dan terus menerus menulis. Apa pun jenis tulisannya.

Jadi jika ingin menjadi sastrawan, kamu harus banyak membaca dan menulis sesering mungkin.

Baca Juga: Sejarah Hari Puisi Nasional yang Tak Luput dari Chairil Anwar

Lebih lanjut, Ahmad Tohari menerangkan agar jika ingin menjadi sastrawan, kamu harus punya kepedulian sosial.

Artinya tidak harus berkiblat pada selera pasar dan membuat karya yang bakal laku sesaat.

Karya sastra harus mempertinggi peradaban manusia dan memiliki tanggung jawab pada peningkatan moral pembacanya.

Maka itu, Ahmad Tohari menekankan bahwa karya sastra harus disesuaikan dengan zaman dan tidak menggunakan gaya bahasa maupun penulisan seperti di masa lalu.

Bahkan meski berkiblat atau terinspirasi gaya penulisan sastra klasik, bahasanya dapat disesuaikan dengan zaman sekarang.

Artinya sastra yang kamu buat tidak harus mendayu-dayu dan puitis, asalkan bisa memberi pengaruh dan dampak positif pada kehidupan sosial.

Kiranya, itulah proses menjadi sastrawan yang diungkapkan oleh Ahmad Tohari.

Kamu bisa menjadi seperti Ahmad Tohari, Sapardi, atau sastrawan lain yang kamu idolakan.

Baca Juga: Djenar Maesa Ayu, Sastrawan Perempuan Indonesia yang Karyanya Mendunia

(*)

Sumber: tribunnews
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja