Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Penanganan Kesehatan Mental di Inggris
Dalam data yang dikumpulkan oleh Government Statistical Service tahun 2017 di Inggris, 1 dari 10 anak pada bangku sekolah dasar teridentifikasi mengalami masalah kesehatan mental.
Menginjak bangku sekolah menengah, jumlah tersebut meningkat menjadi 1 dari 7 anak.
Riset tersebut menunjukkan bahwa usia 17 hingga 19 tahun merupakan usia paling rentan untuk seseorang mengalami kondisi gangguan mental.
Di Inggris, penanganan kesehatan mental adalah juga tanggung jawab sekolah.
Mereka beranggapan bahwa anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga guru dan staf di dalamnya wajib memiliki kemampuan mengenali problem mental pada anak.
Tidak hanya itu, sekolah juga harus membangun ekosistem yang kondusif bagi kesehatan mental siswa dan siswinya.
Sebagai contoh, kita bisa mengacu pada situs Mentally Healthy Schools yang khusus ditujukan bagi penanganan kesehatan mental bagi anak-anak sekolah dasar dan sekolah menengah di Inggris.
Dalam situs tersebut tertulis pentingnya seorang guru menunjukkan rasa senang saat mendengarkan ungkapan perasaan dari murid-muridnya.
Baca Juga: Cerita dari Inggris: Saat Negara Ada Bagi Pendidikan dan Perlindungan Anak
Selain itu, guru juga harus peka terhadap anak yang mengalami stres dan susah berkonsentrasi.
Pada anak yang mengalami hal semacam itu, guru sebaiknya tidak langsung menghakimi, melainkan mencari waktu santai dan personal untuk mengobrol serta menyimak ungkapan perasaan dari anak tersebut.
Selain diwajibkan memiliki guru-guru dan staf yang kompeten untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi kondisi mental anak, sekolah-sekolah di Inggris juga disarankan untuk mempunyai jasa konseling profesional.
Masalah mental tentu saja merupakan hal yang kompleks dan tidak bisa dipukul rata, sehingga pada kasus-kasus yang dirasa cukup berat, jasa profesional ini menjadi sangat diperlukan.
Baca Juga: Layanan Konseling Online dengan Psikolog atau Psikiater, Begini Cara, Harga, Serta Manfaatnya
Keseriusan sekolah-sekolah di Inggris tersebut dapat menjadi pertimbangan kajian bagi pendidikan di Indonesia yang sebenarnya sudah cukup awas sejak lama dengan isu kesehatan mental lewat keberadaan guru konseling yang ditempatkan di berbagai sekolah.
Namun keberadaan guru konseling semata tentu tidak cukup, karena hal yang lebih diperlukan adalah pembentukan ekosistem yang sehat dengan melibatkan guru-guru dan juga staf sekolah lainnya.
Ekosistem tersebut juga perlu diperluas tidak hanya pada ruang lingkup sekolah, tetapi kembali lagi, dimulai dari keluarga. (*)