Baca Juga: Jualan Online Laris, Ini 5 Cara agar Konsumen Betah dan Repeat Order
Vantekash Shankar sendiri menjelaskan, Tupperware tidak dapat mengikuti perkembangkan zaman.
Senada dengan itu, profesor pemasaran dari College of New Jersey School of Business, William Keep menyebut soal dua kesalahan fatal yang mungkin dilakukan Tupperware.
Secara produk, Tupperware dianggap mulai kedodoran dalam bersaing dengan produsen peralatan rumah tangga lain.
Bukan itu saja, Tupperware juga secara sadar tidak meninggalkan penjualan langsung meski strategi ini sudah tidak lagi efektif.
"Ketika model itu sudah jelas tidak lagi berfungsi, perusahaan seharusnya menyerah pada penjualan langsung dan menjualnya melalui pengecer," ujar William Keep.
Kendati melakukan kesalahan fatal tersebut hingga terancam bangkrut, ahli lain dari Kelley School of Business Universitas Indiana, John Talbott mengungkap hal sebaliknya.
Menurut John Talbott, Tupperware sudah mempunyai brand image yang kuat di pasaran.
Barangkali, ini menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk berinovasi dan menjalankan rencana pemasaran baru.
"Merek Tupperware tidak akan pernah hilang. Ketika bangkrut dan ada pembeli perusahaan, akan menjadi kesempatan baik menghidupkan brand dengan desain baru dan rencana pemasaran baru," ucap John Talbott.
Wah, mudah-mudahan saja kabar kebangkrutan Tupperware ini tidak benar ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Transmart Diduga Tutup Belasan Gerai Karena Bangkrut, Ini Cara Menjalankan Bisnis Ritel
(*)