Parapuan.co - Kawan Puan, sebagian dari kamu mungkin pernah diomeli ibu gara-gara Tupperware.
Tupperware populer di Indonesia beberapa tahun lalu dan banyak ibu rumah tangga yang membelinya secara kredit.
Produk Tupperware juga menarik bagi ibu-ibu karena banyak variasi produknya, mulai dari kotak makan, botol minum, sampai wadah penyimpanan makanan.
Selain itu, produk ini juga menjadi barang yang membantu perekonomian ibu rumah tangga karena banyak yang berbisnis menjual Tupperware.
Namun, tren penggunaan Tupperware bisa dibilang menurun, terutama selama pandemi tiga tahun terakhir.
Malahan pada awal April 2023, beredar isu yang menyebut bahwa Tupperware terancam mengalami kebangkrutan.
Benarkah isu tersebut dan apa yang kira-kira menjadi penyebab Tupperware bangkrut?
Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini sebagaimana dikutip dari Kompas.com!
Mengenal Perusahaan Tupperware
Baca Juga: Kabar Revlon Bangkrut di Amerika Serikat, Revlon Indonesia Beri Tanggapan
Tupperware ialah perusahaan produsen peralatan rumah tangga yang berbasis di Florida, Amerika Serikat.
Vantekash Shankar, profesor pemasaran di Mays Business School dari Texas A&M University menjelaskan nama Tupperware sangat populer saat meluncurkan wadah penyimpanan bioplastik pada 1946.
Bioplastik adalah produk plastik yang dibuat dari bahan alami, seperti ampas sayuran dan buah.
Tupperware semakin populer lantaran mengenalkan cara pemasaran baru, yaitu menggabungkan sosialisasi dengan penjualan langsung.
Produk ini kemudian beredar luas dan diperjualpbelikan hingga di lebih dari 70 negara di dunia.
Penyebab Tupperware Terancam Bangkrut
Lantas, apa yang membuat Tupperware terancam bangkrut, jika memang benar hal itu yang terjadi?
Para ahli mengatakan, hal tersebut mungkin terjadi karena Tupperware gagal beradaptasi dengan pasar yang terus berkembang.
Selain itu, persaingan di industri sejenis yang brutal dan sikap serta kebutuhan konsumen yang lebih muda juga disinyalir menjadi penyebabnya.
Baca Juga: Jualan Online Laris, Ini 5 Cara agar Konsumen Betah dan Repeat Order
Vantekash Shankar sendiri menjelaskan, Tupperware tidak dapat mengikuti perkembangkan zaman.
Senada dengan itu, profesor pemasaran dari College of New Jersey School of Business, William Keep menyebut soal dua kesalahan fatal yang mungkin dilakukan Tupperware.
Secara produk, Tupperware dianggap mulai kedodoran dalam bersaing dengan produsen peralatan rumah tangga lain.
Bukan itu saja, Tupperware juga secara sadar tidak meninggalkan penjualan langsung meski strategi ini sudah tidak lagi efektif.
"Ketika model itu sudah jelas tidak lagi berfungsi, perusahaan seharusnya menyerah pada penjualan langsung dan menjualnya melalui pengecer," ujar William Keep.
Kendati melakukan kesalahan fatal tersebut hingga terancam bangkrut, ahli lain dari Kelley School of Business Universitas Indiana, John Talbott mengungkap hal sebaliknya.
Menurut John Talbott, Tupperware sudah mempunyai brand image yang kuat di pasaran.
Barangkali, ini menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk berinovasi dan menjalankan rencana pemasaran baru.
"Merek Tupperware tidak akan pernah hilang. Ketika bangkrut dan ada pembeli perusahaan, akan menjadi kesempatan baik menghidupkan brand dengan desain baru dan rencana pemasaran baru," ucap John Talbott.
Wah, mudah-mudahan saja kabar kebangkrutan Tupperware ini tidak benar ya, Kawan Puan.
Baca Juga: Transmart Diduga Tutup Belasan Gerai Karena Bangkrut, Ini Cara Menjalankan Bisnis Ritel
(*)