Sebab, banyak pakar yang keliru dengan menyarankan agar penderita stres tetap memelihara emosi negatif di tubuhnya.
“Emosinya tidak disingkirkan, melainkan tetap dicoba dikendalikan,” ungkapnya,seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.
“Bahkan, tidak jarang mereka mereka memberikan pemaknaan positif pada beban emosi itu. Tidak usah heran, banyak istilah muncul seperti berdamai dengan emosi, mengendalikan emosi, merasakan dan membiarkan emosi, dan seterusnya. Jadi, lebih diajarkan bagaimana hidup Bersama beban emosinya,” terangnya.
Kalau boleh diibaratkan, tubuh manusia saat lahir bersih tanpa beban emosi yang menempel.
“Saat ada beban (masalah) masuk dan diibaratkan sebagai ransel berisi beban 5 kilo, maka banyak pakar memberikan solusinya dengan mengendalikan pikiran atau cara lain sementara ransel berat itu masih berada di pundaknya,” ujarnya.
Nah, dalam DOA-TRTO, jelas coach Rheo, kita mencoba membuang emosi negatif alias meletakkan ransel seberat 5 kilo dari pundak, hingga fisik kita Kembali ke semula yang tanpa beban emosi itu.
“Dengan begitu, kitab bisa Kembali menjalani kehidupan yang seutuhnya tanpa hidup bersama dengan emosi itu,” jelasnya.
“Inilah yang dinamakan dengan moment of liberation atau masa kebebasan sempurna dari beban mental,” sambungnya lagi.
Dalam dunia kesehatan mental pun belum ada struktur yang tepat untuk menemukan bagaimana seseorang liberation state (kebebasan diri). Biasanya mereka akan berhenti pada state of acceptance (penerimaan diri).
Baca Juga: 4 Jenis Teh untuk Meredakan Stres dalam Rangka Hari Teh Sedunia
Jadi beban itu dianggap tidak akan hilang dan akan terus ada dan kita harus menerima secara total. Padahal, alangkah lebih baik bila beban itu dihilangkan atau dikeluarkan dari hidup kita,” ungkapnya.
Di sinilah, Coach Rheo membuat struktur bagaimana membuang beban masalah itu secara sempurna.
“Jadi, kita tidak usah hidup bersama dengan beban mental itu. Kita tidak perlu memberikan pemaknaan positif pada beban itu karena beban itu sudah tidak ada. Tidak perlu juga menambahkan program supaya lebih tenang, lebih relaks, dan lainnya. Bisa diberi pengertian atau nasihat,” tutur Coach Rheo.
“Yang dilakukan hanya membuangnya tanpa perlu memberikan pengertian. Sebab, pengertian itu akan muncul pada dirinya sendiri,” tambahnya.
Salah satu kelebihan metode ini adalah dapat menyembuhkan stres, trauma, phobia, dan gangguan mental lainnya dengan cepat tanpa obat.
“Tugas saya adalah menetralkan beban emosi yang dirasakan seseorang. Setelah lepas, ia pun bisa sembuh dan tenang meski dengan satu kali sesi terapi,” ungkapnya.
Hal itu terjadi karena kita membuang program yang membebani fisik itu, bukan menambahkan program takut.
“Kalau sistem kita saat ada seseorang punya program takut ketinggian, maka kita buang program takut itu. Ini berbeda dengan sumber lain yang mungkin menambahkan program berani agar takutnya hilang,” imbuhnya.
Sistem DOA-TRTO juga tidak memberikan nasihat kognitif, melainkan lebih banyak memproses emosinya.
“Biarkan dia memproses pemahamannya dalam dirinya sendiri, bukan dari faktor lingkungan luar,” tutupnya.
Coach Rheo sendiri adalah seorang mind technology expert yang mendapat pengakuan sebagai Trainer, dan NLP Meta Master Practitioner of Neurosemantics, (International Institue of Neurosemantic, North Carolina USA), Associate Meta Coach dari (Meta Coach Foundation, Colorado, USA), dan Master Practitioner of Neuro Linguistic Progamming (NLP Society Florida, USA).
Baca Juga: Psikolog Sebut Emotional Healing Bisa Dilakukan dengan Cara Termudah
(*)