"Sebagai studio rekaman pertama di Indonesia yang merupakan 'Titik Nol' musik Indonesia, Lokananta memiliki nilai historis yang tinggi, memiliki intellectual property hasil karya anak bangsa, dan merupakan cagar budaya yang harus kita jaga. Lokananta sempat menjadi studio rekaman terbesar yang mengalami masa kejayaannya pada tahun 1970-1980, sampai akhirnya terbengkalai sejak tahun 1990-an. Oleh karena itu, Kementerian BUMN memandang perlu untuk melakukan revitalisasi Lokananta," ungkap Yadi Jaya Ruchandi, Direktur Utama Danareksa, saat acara Press Conference Festival Lokananta, Jumat (2/6/2023).
Memiliki luas 2,1 hektar di pusat Kota Surakarta, Lokananta kini tampil dengan wajah barunya setelah selesai direvitalisasi dalam kurun waktu enam bulan belakangan.
"Kami memastikan bahwa project ini dilaksanakan dengan proses bisnis yang feasible, sehingga Lokananta dapat sustainable dengan berfokus pada lima pilar bisnis: museum/galeri, studio rekaman, arena pertunjukan/amphitheater, area F&B (food and beverage), dan galeri UMKM," kata Yadi.
Untuk menjalankan lima pilar bisnis tersebut, Lokananta yang baru berkolaborasi dengan M Bloc Group sebagai operator.
"Lokananta baru memiliki visi untuk Creative & Commercial Hub bagi para musisi, seniman, dan UMKM lokal, sehingga dapat memberikan dampak sosial, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia," jelas Wendi Putranto, CEO Lokananta di acara yang sama.
"Visi tersebut akan diwujudkan dengan enam misi Lokananta, yaitu (1) Destinasi cagar budaya musik Indonesia, (2) Pertunjukan kesenian usaha sebagai hubungan masyarakat, (3) Melestarikan dan mengembangkan aset-aset seni budaya dalam bidang musik, (4) Ruang kreatif publik bagi kegiatan komunitas dan umum, (5) Pusat pengembangan talenta kreatif, (6) Pemberdayaan sekaligus pembinaan bisnis UMKM," tambah Wendi.
Baca Juga: Ada Project Pop dan Kla Project, Ini Line Up Festival Lokananta 2023