Bukan hanya karena lingkungan, minimnya organisasi atau perusahaan penyerap tenaga kerja perempuan di daerah-daerah kecil di Indonesia juga memengaruhi.
Hal itu membuat perempuan merasa memiliki pilihan yang terbatas sehingga mau tak mau memutuskan untuk tidak berkarier.
Perempuan terkadang harus pergi merantau ke kota atau daerah lain yang menyediakan lebih banyak opsi pekerjaan untuknya.
International Labour Organization (ILO) mencatat, kesenjangan gender bisa berdampak pada diskriminasi di dunia kerja.
Diskriminasi itu dapat meliputi upah yang tidak adil, pelecehan seksual, perbedaan promosi dan pengembangan karier, dan sebagainya.
Hal ini pulalah yang membuat Tina mengubah budaya kerja di DANA lebih "adil" untuk meminimalkan kesenjangan gender, terutama bagi perempuan.
Salah satu yang dilakukan adalah memberikan semua karyawan, laki-laki maupun perempuan, meraih kesempatan yang sama dalam meningkatkan karier mereka.
Lalu untuk memberdayakan perempuan di lingkungan kerja di DANA, pihaknya memberikan fasilitas seperti ruang laktasi bagi ibu bekerja yang masih dalam masa menyusui.
Baca Juga: Langkah Pasker ID Atasi Kesenjangan Gender di Dunia Kerja untuk Perempuan
"Kalau di DANA, ya, itu kami ada ruang laktasi untuk pumping ASI (air susu ibu) buat karyawan. Itu salah satu contoh yang kita lakukan supaya perempuan lebih berdaya ketika menjalani pekerjaan," terang Tina.
Seperti kita tahu, di perkotaan kesempatan berkarier bagi perempuan terbilang sangat besar, hingga sudah merambah ke industri teknologi yang beberapa tahun silam banyak didominasi oleh laki-laki.
Kini, tak sedikit perempuan yang menempati jabatan tinggi di perusahaan teknologi, sama seperti Agustina Samara.
Apa yang dilakukan Agustina Samara pun bisa menjadi inspirasi bagi Kawan Puan untuk tetap berani meniti karier setinggi-tingginya, walaupun terkadang kesenjangan gender tak terelakkan.
Karena salah satu cara meminimalisir adanya gap tersebut adalah peran para perempuan di dunia kerja yang saling mendukung perempuan-perempuan karier lainnya.
(*)