Parapuan.co - Agustina Samara, Chief People Officer atau Chief of People and Corporate Strategic di DANA berbicara mengenai kesenjangan di dunia kerja.
Pengalamannya selama lebih dari 20 tahun di bidang pelayanan dan sumber daya manusia menunjukkan satu hal terkait kesenjangan gender.
Tak hanya di industri fintech, menurutnya kesenjangan gender di dunia kerja ada di mana pun.
Namun, kesenjangan semacam itu lebih kecil presentasenya di kota besar seperti Jakarta, dibandingkan dengan kota kecil.
Hal ini disampaikan Agustina Samara dalam sebuah wawancara eksklusif bersama PARAPUAN pada akhir Mei 2023.
Menurutnya, kesenjangan tidak hanya harus dilihat dari sebuah kantor atau tempat kerja semata.
Akan tetapi juga daerah, kota/kabupaten, serta organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
"Kesenjangan fintech-nya itu kita bedah dari per kota maupun per organisasi," terang perempuan yang akrab disapai Tina itu.
"Karena saya masih bisa melihat bahwa ada kesenjangan-kesenjangan sosial maupun pemikiran-pemikiran kultur yang berbeda di setiap daerah atau pun kota," tambahnya.
Baca Juga: Tutup Kesenjangan Akses Keuangan Digital bagi UMKM Perempuan, Koalisi Global Ini Diluncurkan
Kesenjangan Gender di Dunia Kerja Selalu Ada
Agustina Samara membenarkan di mana pun tempatnya akan selalu ada kesenjangan, bukan karena industri fintech atau lainnya.
Kesenjangan gender di dunia kerja lebih sering disebabkan karena pandangan atau stigma masyarakat.
Terutama masyarakat yang berada di lingkungan yang menganggap perempuan mesti di rumah, merawat anak, dan tidak bekerja/berkarier di luar rumah.
Tina sendiri tidak memandang bahwa perempuan tidak bisa memilih menjadi ibu rumah tangga.
Akan tetapi, di banyak daerah, anggapan perempuan sebaiknya menjadi ibu rumah tangga masih kental.
Padahal sama seperti laki-laki, pilihan karier bagi perempuan di luar sana juga sama banyaknya.
"Kultur atau stigma kadang-kadang membuat perempuan jadi sulit untuk membuat pilihan ya," ungkap Tina.
"Boro-boro ngomongin fintech, mereka ini mau bekerja saja ada yang enggak boleh," tuturnya lagi.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Gender Gap yang Kerap Dibicarakan Menkeu Sri Mulyani
Bukan hanya karena lingkungan, minimnya organisasi atau perusahaan penyerap tenaga kerja perempuan di daerah-daerah kecil di Indonesia juga memengaruhi.
Hal itu membuat perempuan merasa memiliki pilihan yang terbatas sehingga mau tak mau memutuskan untuk tidak berkarier.
Perempuan terkadang harus pergi merantau ke kota atau daerah lain yang menyediakan lebih banyak opsi pekerjaan untuknya.
International Labour Organization (ILO) mencatat, kesenjangan gender bisa berdampak pada diskriminasi di dunia kerja.
Diskriminasi itu dapat meliputi upah yang tidak adil, pelecehan seksual, perbedaan promosi dan pengembangan karier, dan sebagainya.
Hal ini pulalah yang membuat Tina mengubah budaya kerja di DANA lebih "adil" untuk meminimalkan kesenjangan gender, terutama bagi perempuan.
Salah satu yang dilakukan adalah memberikan semua karyawan, laki-laki maupun perempuan, meraih kesempatan yang sama dalam meningkatkan karier mereka.
Lalu untuk memberdayakan perempuan di lingkungan kerja di DANA, pihaknya memberikan fasilitas seperti ruang laktasi bagi ibu bekerja yang masih dalam masa menyusui.
Baca Juga: Langkah Pasker ID Atasi Kesenjangan Gender di Dunia Kerja untuk Perempuan
"Kalau di DANA, ya, itu kami ada ruang laktasi untuk pumping ASI (air susu ibu) buat karyawan. Itu salah satu contoh yang kita lakukan supaya perempuan lebih berdaya ketika menjalani pekerjaan," terang Tina.
Seperti kita tahu, di perkotaan kesempatan berkarier bagi perempuan terbilang sangat besar, hingga sudah merambah ke industri teknologi yang beberapa tahun silam banyak didominasi oleh laki-laki.
Kini, tak sedikit perempuan yang menempati jabatan tinggi di perusahaan teknologi, sama seperti Agustina Samara.
Apa yang dilakukan Agustina Samara pun bisa menjadi inspirasi bagi Kawan Puan untuk tetap berani meniti karier setinggi-tingginya, walaupun terkadang kesenjangan gender tak terelakkan.
Karena salah satu cara meminimalisir adanya gap tersebut adalah peran para perempuan di dunia kerja yang saling mendukung perempuan-perempuan karier lainnya.
(*)