Benarkah Sistem Reward Bikin Anak Jadi Materialistis? Simak Kata Pakar

Arintha Widya - Kamis, 8 Juni 2023
ilustrasi sistem reward untuk anak
ilustrasi sistem reward untuk anak Dok. Pixabay/iqbal nuril anwar

Parapuan.co - Orang tua terkadang memakai sistem reward atau memberikan hadiah kepada anak apabila mereka melakukan sesuatu dengan baik.

Misalnya untuk mendorong agar anak bangun pukul 5 pagi, orang tua menerapkan sistem reward dengan memberikan anak uang saku lebih jika ia berhasil bangun di jam tersebut.

Sistem reward tidak harus berupa uang, tapi bisa juga keuntungan lain, seperti membelikan anak mainan, mengizinkan mereka bermain lebih lama, dan sebagainya.

Lantas, sebenarnya bijakkah menerapkan sistem reward kepada anak? Atau hal ini malah akan membuat mereka jadi materialistis?

Daripada bingung, simak jawaban Mona Amin, seorang dokter anak sebagaimana melansir Very Well Family berikut ini!

Sistem Reward Termasuk Motivasi Ekstrinsik

Dalam dunia kedokteran anak, ada yang disebut dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik untuk membuat anak melakukan sesuatu.

Motivasi intrinsik adalah keinginan anak untuk melakukan sesuatu karena mereka benar-benar ingin atau menyadari pentingnya tugas tersebut.

Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah ketika anak mengerjakan sesuatu karena akan mendapatkan hadiah atau penghargaan.

 Baca Juga: Fase Penting yang Tak Boleh Dilewati Sebelum Mengajarkan Anak Berbagi

Dengan motivasi ekstrinsik, anak-anak mungkin saja melakukan sesuatu karena berharap memperoleh imbalan.

Akan tetapi, tidak selamanya mereka akan berubah menjadi materialistis hanya karena menginginkan reward untuk sesuatu yang dilakukannya.

Dokter Mona Amin menjelaskan, setiap anak unik dan orang tua bisa mempertimbangkan apa pun untuk mendisiplinkan anak, termasuk menerapkan sistem reward.

Bila diterapkan dengan benar, sistem reward bisa saja bermanfaat bagi anak maupun orang tua.

Menerapkan Sistem Reward pada Anak

Meski begitu, sistem reward hendaknya tidak menjadi pilihan utama saat orang tua mengajarkan anak sesuatu atau ingin mendisiplinkannya.

Sistem reward baiknya diterapkan setelah orang tua sudah mencoba berbagai strategi lain, tetapi tidak berhasil.

Sebelum menerapkan sistem reward, orang tua juga mesti mempertimbangkan apakah perilaku yang disasar akan jadi sebuah rutinitas.

Misalnya, rutinitas pagi mungkin terdiri dari berpakaian, sarapan, menyikat gigi, memakai kaus kaki dan sepatu, dan keluar rumah.

 Baca Juga: Ciptakan Rutinitas, Begini Contoh Jadwal Harian Sederhana untuk Bayi Usia 6 Bulan

Anak dapat memeriksa tugas-tugas tersebut saat mereka menyelesaikannya, sehingga mereka merasa telah mencapai sesuatu tanpa tekanan reward.

Selain itu, orang tua juga harus lebih spesifik dengan pujian, bukan sekadar mengatakan kerja bagus atau kamu hebat apabila anak melakukan tugasnya.

Ungkapan yang spesifik itu misalnya, "Ibu lihat kamu tadi pagi merapikan tempat tidur sebelum berangkat sekolah. Kamu pasti semakin bersemangat ke sekolah, kan?"

Dengan ungkapan ini, artinya kamu fokus pada apa yang mereka capai, bukan pada reaksimu sebagai orang tua.

Kamu juga memberi tahu anak bahwa mereka mencapai sesuatu dan betapa baiknya pencapaian tersebut.

Ini dapat membantu mereka untuk tidak hanya mengharapkan imbalan, tapi berbangga pada pencapaiannya.

Jadi, menerapkan sistem reward tidak selalu membuat anak menjadi materialistis, Kawan Puan.

Semoga informasi di atas bermanfaat dan jangan ragu jika ingin menerapkannya kepada anak.

Baca Juga: Memuji Anak Bisa Membuatnya Demotivasi, Kamu Bisa Lakukan Ini

(*)

Sumber: Very Well Family
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja