Parapuan.co - Mencukur bulu menjadi salah satu cara pilihan banyak Kawan Puan agar tubuh terlihat mulus.
Mulai dari mencukur bulu di ketiak, kaki hingga area kewanitaan telah banyak dilakukan oleh perempuan.
Bagi sebagian orang, mencukur bulu pun dinilai lebih praktis dibandingkan harus melakukan waxing.
Karena dengan mencukur kita bisa melakukannya dengan cepat dan kapan saja, tanpa harus menggunakan jasa di salon kecantikan.
Namun, karena kepraktisannya tersebut, banyak yang abai dalam menggunakan alat cukur untuk memotong bulu-bulu di tubuh.
Misalnya banyak yang berpikir bahwa alat cukur bisa digunakan seumur hidup selama masih bisa mencukur bulumu.
Padahal, alat cukur juga perlu diganti secara berkala guna mencegah munculnya masalah baru pada kulitmu.
Lantas, kapan kita harus mengganti alat cukur?
Menurut Whitney Bowe, MD, dermatolog dari New York, Amerika Serikat, walau tak ada angka pasti, namun alat cukur harus diganti setelah beberapa kali penggunaan.
Baca Juga: 3 Penyebab Ketiak Hitam, Kata Dokter Bukan Hanya Luka Cukur Saja
"Kamu harus membuang pisau silet setelah beberapa kali digunakan, karena (jika tidak) akan terkena bakteri," kata Dr. Bowe, melansir dari Refinery29.
Menurutnya, ada beberapa tanda alat cukur perlu diganti segera.
"Tanda pertama dari pisau yang berkarat atau tumpul, atau kulit yang tertarik atau tergores, itu artinya sudah waktunya untuk membuangnya," tambahnya.
Waktu penggantian alat cukur sangat tergantung dari intensitas penggunaan dari razor itu sendiri.
Pasalnya, mungkin ada Kawan Puan yang mencukur bulu seminggu sekali, tapi ada pula yang lebih sering melakukannya.
Maka menurut Dr. Bowe, semakin sering kita mencukur bulu, akan semakin cepat membuat silet di alat cukur menjadi tumpul.
Selain itu, bukan hanya dilihat dari waktu pemakaian, penggantian alat cukur juga perlu diperhatikan dari bagaimana cara kita menyimpannya.
"Jika kita menyimpannya di tempat yang lembap dan basah, akan membuat pisaunya lebih cepat karatan," ujarnya.
"Lebih dari itu, meletakkannya di tempat terbuka juga memudahkan alat cukur terpapar lebih banyak bakteri," tambah dr. Bowe.
Baca Juga: 3 Kegunaan Tawas dalam Dunia Kosmetik, Tak Hanya Menghilangkan Bau Badan!
Diingatkan oleh Dr. Bowe, jika kita menggunakan pisau cukur terlalu lama, maka akan semakin besar kemungkinan alat tersebut menyimpan bakteri.
"Dan mencukur dengan pisau berisi bakteri dapat menyebabkan benjolan merah kecil pada kulitmu," katanya.
Bakteri juga dapat menyelinap ke dalam tubuh kita, karena mencukur menghasilkan torehan kecil di kulit.
"Bukaan itu memungkinkan bakteri masuk dan menyebarkan infeksi," ujar Dr. Bowe lagi.
Hal ini sangat umum terjadi pada ketiak dan area bikini, karena di area ini kulit paling tipis dan rambut sangat kasar.
Artinya alat cukur dengan pisau tumpul dapat mengenai kulit yang rapuh, yang menyebabkan robekan dan iritasi.
Dr. Bowe pun juga memberikan tips agar membuat alat cukur lebih tahan lama.
"Jaga agar silet tetap tajam dengan menyimpannya di tempat yang bersih dan kering setelah digunakan," kata Dr. Bowe.
Jadi pasca penggunaan alat cukur, pastikan Kawan Puan jangan menyimpannya di kamar mandi yang lembap.
Baca Juga: Punya Rambut Tipis di atas Bibir? Jangan Dicukur dengan Pisau Cukur
Setelah digunakan, langsung dikeringkan dan taruh di tempat yang tidak terlalu beruap.
Cara ini bisa membantu mencegah pertumbuhan bakteri di antara bilah alat cukur.
"Penting juga untuk membilas pisau cukurmu setelah bercukur," kata Dr. Bowe.
Karena jika tidak, sabun dan krim cukur akan mengering di sela-sela pisau, membuatnya kusam dan mudah karatan.
Kawan Puan juga bisa membeli alat cukur wanita di tautan berikut ini, dan jangan lewatkan kesempatan mendapatkan maksimal cashback Rp75 ribu dengan menggunakan kode voucher Shopee SHP07NU5PX5, yang berlaku hingga 16 Juli 2023.
(*)