Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.
Parapuan.co - Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan oleh berita dari Pati, Jawa Tengah, tentang puluhan anak yang harus menerima perawatan di bangsal kejiwaan akibat kecanduan bermain game dan juga konten asusila.
Penyebabnya tentu saja mudah ditebak, yakni penggunaan gawai yang tak terkontrol dan nyaris tanpa pengawasan.
Hal yang menggelitik sebenarnya bukan hanya soal fenomena anak-anak yang dirawat di bangsal kejiwaan tersebut.
Tetapi bagi saya, muncul berbagai pertanyaan dalam benak: Di mana orangtua mereka?
Mengapa mereka memilih untuk memasukkan anaknya ke bangsal kejiwaan? Tidak adakah solusi lain yang bisa ditempuh melalui internal keluarga itu sendiri?
Anak-anak hari ini dapat mengakses konten-konten di internet dengan sangat mudah.
Jika mereka belum diberi gawai oleh orangtuanya, mereka bisa saja berselancar dengan menggunakan gawai milik temannya.
Bahkan kebutuhan untuk terkoneksikan dengan internet ini difasilitasi oleh sekolah-sekolah, termasuk demi penyelenggaraan pembelajaran daring.
Artinya, koneksi internet sudah menjadi semacam kebutuhan pokok dan tidak mungkin menjauhkan anak-anak dari jejaring virtual.
Baca Juga: 5 Cara Pemilihan Gadget yang Sesuai Umur Anak, Orang Tua Wajib Tahu!